Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Nadeshiko, Banzai! Rahasia Juara Tim Sepak Bola Jepang

image-gnews
Tim nasional sepak bola wanita Jepang memboyong trofi Piala Dunia Wanita 2011. AP/Martin Meissner
Tim nasional sepak bola wanita Jepang memboyong trofi Piala Dunia Wanita 2011. AP/Martin Meissner
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta-  Di tengah kawalan dua pemain Amerika Serikat, Homare Sawa menyongsong bola sepak pojok dari Aya Miyama. Kapten kesebelasan wanita Jepang itu membelokkan bola dengan tumitnya. Gol! “Sawa sungguh cerdas, dia menempatkan diri pada posisi berbahaya,” puji kapten Amerika, Abby Wambach, seusai pertandingan.

Gol tumit itu terjadi pada menit ke-117--tiga menit sebelum babak perpanjangan waktu berakhir--dalam final Piala Dunia Wanita di Commerzbank Arena, Frankfurt, Jerman, Ahad dua pekan lalu. Kedudukan menjadi 2-2. Sawa akhirnya mengangkat trofi juara karena Jepang menang dalam babak adu penalti dengan skor 3-1 atas tim Amerika.

Ini gelar dunia pertama bagi pasukan Nadeshiko, bunga kuning khas Jepang--julukan mereka. Hebatnya, Amerika adalah tim yang belum pernah mereka kalahkan dalam 25 kali pertemuan sebelumnya. Amerika juga pemegang dua kali gelar dunia (1991 dan 1999) dan tiga kali medali emas Olimpiade (1996, 2004, dan 2008).

“Saya merasa seluruh rakyat Jepang tersenyum,” kata Sawa, gelandang berusia 32 tahun yang juga menyabet gelar pemain terbaik dan pencetak gol terbanyak itu. Bukan soal siapa yang mereka kalahkan. Ucapan Sawa itu lebih merujuk kepada suasana duka yang menyelimuti Jepang dalam lima bulan terakhir.

Tsunami di pantai timur pada 11 Maret lalu meluluh-lantakkan Jepang. Bencana yang menewaskan 15.000 orang, 7.000 orang hilang, dan merusak tak kurang dari 100.000 bangunan ini juga mengakibatkan terganggunya reaktor nuklir yang berujung radiasi.

Pasukan Nadeshiko merasakan dampaknya. Akibat ketiadaan pasokan listrik karena terganggunya reaktor nuklir, persiapan tim terganggu. “Pemain kami selalu berlatih malam hari,” kata pelatih Norio Sasaki. Bahkan tim Jepang hampir saja tak berangkat ke Jerman.

Biasanya mereka berlatih di pusat latihan J-Village, sekitar 20 kilometer dari pusat nuklir Fukushima. Setelah tsunami, tempat berlatih itu beralih fungsi menjadi markas penanggulangan bencana.

Masa depan Aya Sameshima sempat tak menentu karena hal itu. Klubnya, Tepco Mareeze, bermarkas di J-Village. Dia juga bekerja paruh waktu di Tepco, perusahaan operator pusat nuklir Fukushima. Karena bencana, Sameshima kehilangan pekerjaan dan klubnya dibubarkan.

Untungnya, pemandu bakat dari klub Liga Wanita Amerika, Boston Breakers, sigap menampungnya. “Saat itu Sameshima harus lebih dulu menjalani konseling dengan psikolog sebelum berlatih bersama kami,” tutur pelatih Boston, Toni DiCicco.

Dalam final lalu, sebagai bek kiri, Sameshima tampil bersemangat. Tak ada lagi sisa duka di wajahnya. Sama seperti anggota skuad Jepang lain, pemain berusia 24 tahun itu justru terlecut semangatnya karena tsunami. Mereka ingin memberi kado pelipur lara bagi rakyat Jepang.

Sasaki, pria 53 tahun, memanfaatkan kondisi psikologis para pemainnya dengan jitu. Mantan pelatih tim Jepang U-20 ini menayangkan gambar-gambar suasana bencana di hadapan para pemain beberapa jam sebelum bertanding melawan Jerman di  perempat final. Hasilnya, Jerman, pemegang dua kali trofi terakhir berturut-turut, mereka tekuk 1-0 lewat perpanjangan waktu.

Melawan Swedia di semifinal, cara Sasaki berbeda lagi. Pelatih yang sudah tiga tahun menangani tim Nadeshiko itu memutarkan adegan-adegan penting saat mereka berhasil menembus semifinal Olimpiade Beijing 2008. Efeknya luar biasa: Sawa dan kawan-kawan menyikat tim runner up 2003 itu dengan skor 3-1 meski lebih dulu ketinggalan.

Sebagai pemicu motivasi untuk partai final, Sasaki menayangkan video berisi ringkasan permainan Amerika. Hasilnya mereka menang dramatis. Sebelum kiper Ayumi Kaihori menunjukkan kecemerlangannya dalam adu penalti dengan menepis dua tendangan pemain lawan--satu tendangan eksekutor Amerika yang lain melambung--Jepang sempat tertinggal dua kali.

The Yanks, julukan tim Amerika, unggul lebih dulu berkat gol Alex Morgan pada menit ke-69. Pasukan Nadeshiko menyamakannya menjadi 1-1 lewat sontekan Aya Miyama, menit ke-80. Negeri Abang Sam kembali unggul setelah Wambach mencetak gol lewat sundulan pada babak perpanjangan waktu, menit ke-104. Nasib Negeri Matahari Terbit lantas diselamatkan tumit Sawa.

Sesimpel itukah resep kemenangan mereka: memutar slide dan menang? Tentu tidak. Jepang menampilkan permainan menawan di lapangan dengan menguasai bola selama mungkin, mendesak lawan ke wilayah sendiri, bertik-tak ria, dan mencetak gol saat lawan lengah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jepang memiliki Sawa yang fantastis, Miyama yang penuh teknik, serta dua penyerang hebat, Kozue Ando dan Shinobu Ohno. “Melihat mereka bermain seperti menyaksikan permainan Xavi atau Iniesta. Saya tak ragu untuk menyebut mereka adalah Barcelona-nya sepak bola wanita,” kata pelatih Selandia Baru, John Herdman.

Enam kali bermain di ajang Piala Dunia, tim Jepang dominan dalam penguasaan bola. Bahkan ketika menderita satu-satunya kekalahan, yaitu 0-2 dari Inggris pada babak grup, Jepang tetap unggul penguasaan bola, 55 persen. 

Sampai perempat final, total pemain Jepang melakukan 1.908 kali passing, hampir 500 kali lebih banyak daripada pemain Amerika. Rata-rata, dalam satu pertandingan, Sawa dan kawan-kawan memindahkan bola 477 kali dengan 76,8 persen mencapai sasaran. Catatan itu tak tertandingi tim lain.

Sama seperti Barcelona, pemain Jepang juga mungil-mungil. Cuma satu yang bertinggi badan di atas 170 sentimeter, yaitu Saki Kumagai, pahlawan pencetak gol terakhir dalam adu penalti. Tinggi rata-rata mereka 162 sentimeter, tujuh sentimeter di bawah rata-rata pemain Amerika dan 10 sentimeter lebih pendek daripada pemain Swedia.

Gaya menghindari benturan langsung--karena pemain kalah tinggi--dan banyak mengoper bola memang sudah menjadi tradisi permainan tim wanita Jepang. “Mereka sudah memainkannya saat saya berhadapan dengan Jepang pada Piala Dunia 1991,” kata April Heinrichs, mantan pemain dan pelatih Amerika. “Tapi sekarang mereka menjalankannya dengan lebih tajam dan menjadi standar baru di sepak bola perempuan.”

Sepak bola sebenarnya bukan olahraga yang populer di kalangan wanita Negeri Sakura. Dari 125 juta rakyatnya, cuma terdapat 45 ribu pemain perempuan. Bandingkan, Amerika memiliki 1,5 juta wanita yang terdaftar di klub sepak bola.

“Tapi Jepang mengolah sepak bola wanita dengan sangat serius, terutama dalam lima tahun terakhir,” kata Tom Byer, lelaki Amerika yang telah 25 tahun menjadi pelatih sepak bola di Jepang. “Tak seperti wanita New York yang bermain bola cuma pada musim panas, perempuan Jepang bermain bola selama 365 hari dalam setahun.”

Asisten pelatih tim nasional wanita U-16, Asako Takakura, membeberkan rahasia lain. Pemain perempuan Jepang terbiasa berlatih dengan tim laki-laki ketika usia mereka di bawah 12 tahun. “Dari situlah pesepak bola perempuan siap menjadi pemain nasional pada usia 15 tahun,” kata Asako.

Walhasil, meski cuma memiliki delapan pemain profesional dari 270 pemain yang terdaftar kompetisi perempuan, Liga Nadeshiko, standar teknik Jepang tetap terjaga. Selain itu, mereka punya pemain profesional yang bermain untuk klub luar negeri seperti Kozue Ando (Duisburg, Jerman), Yuki Nagasato (Postdam, Jerman), Rumi Utsugi (Montpellier, Prancis), dan tentu saja Sameshima.

Sawa juga pernah lama berlaga di Liga Amerika sebelum bergabung di Liga Nadeshiko bersama klub INAC Kobe Leonessa sejak musim ini. Mencetak hattrick ke gawang Meksiko, bertanding dalam keadaan sakit perut melawan Swedia, membuat umpan yang memenangkan ketika melawan Jerman, dan beratraksi tumit ke gawang Amerika. Itulah faktor yang membuatnya layak menjadi pemain terbaik Piala Dunia.

Bermain di lima Piala Dunia, dua kali olimpiade, Sawa telah mengoleksi 81 gol--rekor bagi tim nasional Jepang--dalam 18 tahun kariernya di Nadeshiko. “Saya persembahkan gelar ini bagi ibu saya yang datang ke Jerman demi melihat partai final,” katanya.

Andy Marhaendra (asahi.com, DW, NYTimes)

 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mantan Gelandang Jerman Mesut Ozil Umumkan Pensiun dari Sepak Bola

22 Maret 2023

Mesut Ozil. REUTERS/Kenan Asyali
Mantan Gelandang Jerman Mesut Ozil Umumkan Pensiun dari Sepak Bola

Mesut Ozil pensiun dari timnas Jerman pada 2018 di tengah debat politik tentang imigran.


Mantan Gelandang Real Madrid dan Juventus Sami Khedira Pensiun

20 Mei 2021

Juventus mendapatkan Sami Khedira secara gratis setelah kontraknya tidak diperpanjang oleh Real Madrid pada 2015. Hingga saat ini Khedira tetap jadi andalan di lini tengah Juventus. Instagram/@sami_khedira6
Mantan Gelandang Real Madrid dan Juventus Sami Khedira Pensiun

Sami Khedira mengundurkan diri sebagai pesepakbola profesional. Cedera membuat dia harus menyerah di usia 34 tahun.


Piala Dunia 2022 Digelar di Qatar: 6 Hal yang Penting Diketahui

17 Juli 2018

Kiper sekaligus kapten Prancis, Hugo Lloris, memegang trofi Piala Dunia saat pesta penyambutan di Istana Presiden Elysee, Paris, 16 Juli 2018. (Ludovic Marin/Pool Photo via AP)
Piala Dunia 2022 Digelar di Qatar: 6 Hal yang Penting Diketahui

Piala Dunia 2018 sudah berakhir dan yang selanjutnya akan digelar di Qatar pada 2022.


Laporan Tempo dari Rusia: Angkutan Kota Andalan Meliput

7 Juli 2018

Laporan Tempo dari Rusia.
Laporan Tempo dari Rusia: Angkutan Kota Andalan Meliput

Selama meliput perhelatan Piala Dunia 2018, angkutan publik bisa jadi andalan.


Piala Dunia 2018: Denmark Kalahkan Peru, Kasper Schmeichel Dipuji

17 Juni 2018

Ekspresi kiper Leicester, Kasper Schmeichel, dalam pertandingan Liga Inggris melawan Aston Villa di Stadion Villa Park, 16 Januari 2016. Reuters / Darren Staples
Piala Dunia 2018: Denmark Kalahkan Peru, Kasper Schmeichel Dipuji

Kasper Schmeichel mendapat pujian dari Denmark mengalahkan Peru dalam Piala Dunia 2018.


3 Negara Ini Ajukan Jadi Tuan Rumah Bersama Piala Dunia 2026

11 April 2017

Ilustrasi sepak bola. Benevolat.org
3 Negara Ini Ajukan Jadi Tuan Rumah Bersama Piala Dunia 2026

Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada mengajukan penawaran bersama untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2026.


Real Madrid Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

15 Desember 2016

Striker klub Real Madrid, Cristiano Ronaldo membawa bola saat ikuti sesi latihan bersama rekan setimnya di Yokohama, Jepang, 14 Desember 2016. REUTERS
Real Madrid Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

Real Madrid berhasil menundukan Club America pada semifinal Piala Dunia Antar Klub dengan skor 2-0. Karim Benzema dan Cristiano Ronaldo jadi pahlawan.


River Plate Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

16 Desember 2015

FIFA (Federation Internationale de Football Association). (logos.wikia.com)
River Plate Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

River Plate akan menantang pemenang laga antara Barcelona vs Guangzhou Evergrande di babak final. Laga itu akan berlangsung besok.


Kolombia: Tanpa Suarez, Uruguay Tetap Berbahaya

14 Oktober 2015

Reaksi pemain Uruguay, Luis Suarez, setelah gagal mencetak gol  dalam pertandingan persahabatan melawan Kosta Rika di Montevideo, Uruguay, 13 November 2014. Uruguay kalah lewat adu penalti 6-7. AP/Matilde Campodonico
Kolombia: Tanpa Suarez, Uruguay Tetap Berbahaya

Penyerang andalan Uruguay Luis Suarez masih menjalani larangan
pertandingan karena menggigit Giorgia Chiellini pada Piala
Dunia 2014.


Messi Pinjamkan Nomor Punggungnya untuk Aguero

8 Oktober 2015

Lionel Messi (kiri) dan Sergio Aguero melakukan peregangan jelang pertandingan melawan Belanda pada semifinal piala dunia di Brazil, 8 Juli 2014. REUTERS/Dylan Martinez
Messi Pinjamkan Nomor Punggungnya untuk Aguero

Aguero senang dengan tawaran Messi agar ia mengenakan kaus dengan nomor 10.