TEMPO Interaktif, Nelspruit, Afrika Selatan – Afrika Selatan merayakan hasil imbang 0-0 dengan tamunya, Sierra Leone, dalam laga kualifikasi Piala Afrika 2012 Grup G, Sabtu 8 Oktober 2011, lantaran menyangka hasil itu telah lolos ke putaran final di Gabon dan Equatorial Guinea tahun depan. Nyatanya, mereka justru tersingkir dan tiket ke putaran final direbut oleh rival mereka di Grup G, Niger.
Para pemain Afrika Selatan menari di hadapan para pendukung mereka di Stadion Mbombela seusai pertandingan dengan meyakini hasil imbang tersebut yang dikombinasikan dengan kekalahan 0-3 Niger dari Mesir pada saat yang sama telah membawa mereka keluar sebagai juara grup dengan keunggulan selisih gol setelah mengantongi poin yang sama dengan Niger dan Sierra Leone.
Padahal, yang menjadi penentu siapa yang lolos di antara ketiga tim yang mengumpulkan poin sama itu adalah rekor head-to-head dan Niger dipastikan keluar sebagai juara grup karena catatan mereka lebih baik daripada Afrika Selatan dan Sierra Leone.
Berdasarkan hasil-hasil dari pertemuan di antara ketiga tim itu, Niger mengumpulkan nilai 6 sementara Afrika Selatan dan Sierra Leone masing-masing mengantongi 5 poin.
Para pemain Bafana Bafana bahkan melakukan putaran kemenangan seusai pertandingan dan menari secara berkelompok di hadapan para penonton tuan rumah sementara pelatih Pitso Mosimane berpelukan dengan para staf pelatih lainnya.
Tak lama kemudian, Afrika Selatan akhirnya menyadari bahwa mereka gagal lolos ke putaran final. Sebelumnya Mosimane sendiri merasa tak yakin dengan apa yang sesungguhnya berlaku terhadap pasukannya.
“Mari kita dengar apa yang dikatakan CAF (Konfederasi Sepakbola Afrika),” kata Mosimane dalam sebuah wawancara televisi seusai pertandingan. “Apakah kami lolos? Bagaimana menurut Anda? Jika kami lolos saya sangat senang. Saya tak tahu.”
Afrika Selatan yang mendengar Mesir mengungguli Niger di Kairo bermain bertahan di babak kedua lawan Sierra Leone karena mengira hasil imbang sudah cukup bagi mereka.
AP | A. RIJAL