TEMPO Interaktif, Jakarta - Manajer klub Pelita Jaya, Lalu Mara Satria Wangsa, menilai kepemimpinan Djohar Arifin Husin di Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) yang tepat memasuki 100 hari, Ahad, 16 Oktober 2011, masih jauh dari harapan masyarakat pencinta sepak bola di Tanah Air.
Menurut dia, Djohar menabrak banyak aturan Statuta PSSI. “Apa yang dilakukan Pak Djohar 100 hari ini hanya mementingkan kelompok, banyak kebijakannya justru melanggar Statuta PSSI,” katanya.
Lalu Mara mencatat ada beberapa aksi “tabrak aturan” yang dilakukan PSSI. Yang paling kentara saat pengurus PSSI memutuskan menambah jumlah peserta kompetisi sepak bola tertinggi di Indonesia dari 18 menjadi 24 klub.
Menurut Lalu Mara, enam klub tambahan itu masuk dengan alasan yang dicari-cari, seperti punya dukungan suporter banyak, punya nilai sejarah, dan degradasi terbaik. “Untuk ukuran kompetisi tertinggi, alasan itu tidak bisa dipakai. Klub profesional harus jelas promosi dan degradasinya, tidak bisa dipelintir,” katanya.
Djohar, kata Lalu Mara, seharusnya berpikir jernih, sebagai pimpinan PSSI harus lebih mementingkan bangsa dan negara. Kompetisi itu milik klub, PSSI hanya sebagai regulator. Menurut dia, klub-lah yang selama ini berdarah-darah membina pemain. Dengan begitu, dia melanjutkan, pengurus PSSI harus menggelar kompetisi aturan Statuta PSSI.
Untuk mengkritik kebijakan PSSI, Pelita Jaya bergabung dalam 12 klub yang sepakat menolak rencana kompetisi baru di bawah payung PT Liga Indonesia dengan 24 peserta. Ke-12 klub itu adalah Persebaya Surabaya (versi Wisnu Wardhana), Persipura Jayapura, Persisam, Persiwa Wamena, PSPS Pekanbaru, Deltras Sidoarjo, Persidafon Dafonsoro, Pelita Jaya, Persiba Balikpapan, Persela Lamongan, Sriwijaya FC, dan Mitra Kukar.
RINA WIDIASTUTI