TEMPO Interaktif, Jakarta - Pemain Tunas Garuda, Nazarul Fahmi, membeberkan kisah latihannya bersama Rangga Pratama dalam seleksi Akademi Arsenal, London, selama dua pekan terakhir. Ia merasa senang pernah merasakan pola latihan akademi klub bola ternama itu. "Senang sekali bisa latihan dengan mereka. Di sana sudah pasti masuk tim nasional setelah berumur 17 tahun," kata Fahmi saat dihubungi Tempo, Kamis, 17 November 2011.
Menurut Fahmi, selain ditekankan pada kedisiplinan pemain, Akademi Arsenal juga memiliki fasilitas pelengkap yang cukup. Jadwal, kata Fahmi, diberikan kepada masing-masing pemain. Latihannya mulai pukul 18.00 dan selesai pukul 21.00 waktu London. " Pagi kita istirahat, hanya menunggu waktu latihan," kata anak Aceh ini.
Selain itu, teknik latihannya juga berbeda dengan Indonesia. Di sana kontrol bola sangat ditekankan, pemain terus dilatih bermain bola bawah dan spasing pendek 1-2 1-2. Pelatih melarang untuk melakukan umpan panjang saat latihan. "Kalau mereka melakukan umpan panjang, pelatih akan memarahinya. Pelatih Barat agak keras, tapi baik," kata Fahmi.
Fahmi mengaku, kesulitan mereka di sana adalah masalah bahasa. Karena mereka baru, jadi sering terjadi miskomunikasi dengan pemain di sana. Walaupun mereka agak mengerti bahasa Inggris, namun semuanya belum mereka kenal. "Bisa mengerti sedikitlah,tapi belum kenal semua. Kalau meminta bola kan harus sebut nama," imbuh Fahmi.
Segala kebutuhan Fahmi dan Rangga selama di Akademi Arsenal ternyata ditanggung oleh Tim Tunas Garuda. Hal itu karena mereka baru menjalani seleksi. Arsenal hanya akan menanggung pemain yang sudah resmi asuhan mereka." Makanan ditanggung oleh Tunas Garuda karena masih seleksi," kata Fahmi.
Fahmi dan Rangga sudah bertolak ke Indonesia pada, Rabu, 16 November 2011. Mereka dinyatakan tidak bisa masuk Akademi Arsenal karena masalah kewarganegaraan. Akademi Arsenal hanya menerima pemain yang berkewarganegaraan Inggris, sedangkan mereka belum cukup umur untuk mengganti warga negara.
Sekarang kedua pemain muda Indonesia ini sedang berada di kampung halamannya masing-masing. Fahmi kembali ke Aceh, sedangkan Rangga ke Palembang.
ILHAM