TEMPO Interaktif, Jakarta – Mantan Pelatih Tim Nasional U-23, Rahmad Darmawan, mengatakan terciptanya dua liga sepak bola saat ini bisa berdampak positif jika disertai semangat membangun kualitas olahraga. "Mereka bisa berkompetisi untuk saling tidak mau kalah. Di sini bikin dua lapangan bola, di sana bikin tiga. Yang satu memajukan new development, yang satunya juga sama. Wah, ini bisa lebih hebat," katanya.
Menurut Rahmad, perihal terjadinya dua liga saat ini diawali preseden terbentuknya Liga Premier Indonesia pada tahun lalu. Sehingga, menurut dia, peraturan sepak bola FIFA yang dirujuk oleh PSSI soal hanya ada satu liga menjadi tidak mutlak. "Tahun lalu waktu membuat LPI, apa tujuannya? Kan, sama saja," kata dia. Saat ditanya mengenai penyebab terbelahnya liga saat ini, dia enggan menjawab. “Saya hanya pelatih," kata dia.
Rahmad menyerahkan surat pengunduran dirinya sebagai pelatih pada Selasa, 13 Desember lalu karena merasa dirinya gagal membuat Timnas U-23 meraih target emas pada ajang SEA Games XXVI yang lalu. Surat ini pengunduran diri itu diserahkan oleh temannya, Eddy Syahputra, yang juga merupakan agensi pemain sepak bola.
Selain alasan mengenai gagal meraih target, Rahmad juga mengaku merasa kurang nyaman dengan keputusan pengurus PSSI yang melarang para pemain di klub Liga Super Indonesia untuk memperkuat timnas. "Pelatih harus punya kewenangan mutlak dalam memilih dan menentukan pemain," tegasnya.
Pada akhir pekan lalu, Komisi Disiplin PSSI juga mengeluarkan keputusan sanksi kepada delapan klub yang mangkir berlaga di Liga Premier Indonesia. Selain mendapat sanksi degradasi ke Divisi Utama, klub-klub ini juga dikenai sanksi finansial yang besarnya berbeda.
ANGGA SUKMA WIJAYA