TEMPO.CO, Malang - Wali Kota Malang, Peni Suparto, melarang klub Arema yang berlaga di Liga Prima Indonesia untuk bermain di Stadion Gajayana, Malang, Jawa Timur. Pemerintah Kota Malang selaku pemilik stadion bagi kandang Arema tersebut beralasan, pelarangan karena konflik di internal Arema Indonesia tak kunjung berakhir.
"Selesaikan persoalan secara damai," kata Peni, Jumat, 17 Februari 2012. Peni meminta agar konflik dihentikan. Sebab, dikhawatirkan jika konflik berlanjut akan menganggu kondisi keamanan di Kota Malang. Keputusan Peni ini didasarkan kesepakatan bersama dengan Kepolisian Resor Malang Kota dan Komando Distrik Militer 0833 Malang.
TNI dan Polri tersebut tak akan mengeluarkan rekomendasi untuk keamanan pertandingan selama masih terjadi konflik. Sebab dikhawatirkan konflik manajemen Arema ini akan merembet menjadi gesekan antar suporter Aremania. "Kalau kondisi tak stabil dan kondusif investor bakal lari," katanya.
Peni menyangkal jika larangan Arema di stadion Gajayana agar dirinya masuk dalam manajemen klub berjuluk Singo Edan. Konflik manajemen Arema memanas menyusul perseteruan ketua Yayasan Arema Muhammad Nur dengan konsorsium PT Ancora sebagai investor klub Arema.
Lantas ketua Yayasan Arema Muhammad Nur menunjuk Peni Suparto sebagai penanggungjawab Arema. Sedangkan manajemen PT Arema Indonesia menolak kehadiran Peni sebagai penanggungjawab. "Saya serahkan sepenuhnya keputusan ke PSSI sebagai induk organisasi," ujarnya.
Setelah konflik berakhir, ia berjanji bakal mengijinkan Arema kembali bertanding di stadion Gajayana. Konflik manajemen Arema menyebabkan tim terbelah dua. Tim dibawah pengelolaan Muhammad Nur diperkuat Noh Alam Shah dkk dengan pelatih Milomir Seslija. Sedangkan konsorsium PT Ancora dilatih Antonic Dejan diperkuat pemain lama seperti TA Musafri dkk.
Perpecahan Arema ini menyebabkan pertandingan Arema melawan Bontang FC yang dijadwalkan Sabtu, 11 Februari lalu batal. Serta derby Arema melawan Persema yang dijadwalkan Minggu, 19 Februari mundur hingga 26 Maret mendatang. Namun, penetapan jadwal bisa terus berubah sesuai keputusan operator kompetisi PT Liga Prima Indonesia Sportindo.
Sebelumnya, manajemen PT Arema Indonesia dengan investor Ancora berencana melaporkan PT LPIS kepada AFC dan FIFA. Karena dianggap memihak dalam kasus dualisme kepengurusan klub. Tudingan intervensi itu dipicu adanya surat dari LPIS bernomor LPIS-160/OC-Dir/II/2012 tanggal 11 Februari lalu. Surat itu dikirimkan CEO LPIS Widjajanto ke manajemen Arema kubu M. Nur.
"Padahal manajemen yang ditunjuk PT LPIS lawan Bontang FC adalah kami," ujar Legal Officer PT Arema Indonesia versi investro, Sutanto, beberapa waktu lalu.
Surat kepada M. Nur itu, kata Sutanto, juga membuktikan bahwa PT LPIS telah jauh mengintervensi masalah dualisme Arema IPL.
"Itu sudah masuk ke internal klub. Bagaimana mungkin PT LPIS bisa masuk sejauh itu, bahkan sampai menentukan proses akuisisi selambat-lambatnya harus dilakukan tujuh hari sejak tanggal surat itu," ujar Sutanto lagi.
Dengan polemik internal di Arema IPL itu, saat ini ada tiga pihak yang mengklaim sebagai pengelola resmi Arema. Dua pihak mengklaim pengelola Arema di IPL dan satu pihak pengelola Arema di Liga Super Indonesia.
EKO WIDIANTO