TEMPO.CO, Jakarta - Semenjak diambil alih taipan minyak asal Rusia, Roman Abramovich, pada Juni 2003, Chelsea menjadi klub pesaing kuat tim tradisi juara Liga Primer Inggris seperti Manchester United, Liverpool, dan Arsenal. Chelsea sukses mendatangkan beberapa pemain bintang dan bersaing di papan atas Liga Inggris.
Di balik kesuksesan Chelsea, Abramovich memiliki kebiasaan memecat manajer. Dalam kurun waktu delapan tahun terakhir, Chelsea sudah berganti nakhoda sebanyak tujuh kali. Korban pertama adalah Claudio Ranieri yang digantikan Jose Mourinho pada Juni 2004. Ranieri hanya satu musim menukangi the Blues.
Penggantinya, Mourinho sukses membawa Chelsea merebut dua gelar Liga Inggris, satu Piala FA, dan dua Piala Liga. Tapi Mou hanya bertahan tiga musim. Ia tak mau memperpanjang masa baktinya pada akhir musim 2006/2007.
Abramovich memilih Avram Grant. Pelatih asal Israel ini tak mampu keluar dari bayang-bayang kesuksesan Mou. Grant gagal membawa Chelsea juara, bahkan harus tersungkur di final Liga Champions musim 2007/2008.
Pelatih asal Brasil Luiz Felipe Scolari datang menggantikan Grant. Tapi pelatih yang membawa Brasil juara Piala Dunia 2002 itu hanya bertugas selama enam bulan saja. Ia digantikan Guus Hiddink. Meskipun berposisi sebagai pelatih sementara hingga akhir musim, Hiddink sukses mempersembahkan Piala FA pada musim 2008/2009.
Namun, klub asal London ini hanya meraih posisi ketiga di akhir musim. Abramovich tak menganggap Hiddink berprestasi. Karier pelatih asal Belanda itu hanya bertahan setengah musim saja.
Carlo Ancelotti menggantikan Hiddink pada musim 2010/2011. Pelatih asal Italia itu memperbaiki posisi The Blues menjadi posisi dua akhir klasemen di bawah Manchester United. Abramovich pun melengserkannya, kemudian mendatangkan pelatih muda asal Porto, Andre Villas-Boas.
Pelatih berusia 34 tahun itu kini baru menjalani setengah musim bersama klub asal London itu. Namun, ancaman pemecatan menghantuinya. Pasalnya, ia hanya membawa Chelsea bersaing di posisi empat besar saja. Kinerja AVB, panggilan Villas-Boas, tak sesuai harapan publik Stamford Bridge.
Villas-Boas pun menyadari hal itu. Menurut dia, Chelsea punya budaya pemecatan pelatih hampir terjadi di setiap musim. “Pola perilaku pemilik telah menyebabkan lengsernya posisi manajer dalam situasi seperti ini," kata AVB. "Apa alasannya? Ini merupakan sebuah proyek atau ini memang sebuah kebudayaan yang telah terjadi sebelumnya.”
AVB siap saja apabila dipecat. Ia mengerti posisinya saat ini. “Kami sekarang berada sama persis seperti tahun lalu,” ujar Villas-Boas. “Ini adalah duplikat yang sama persis.”
FIFA | THE SUN | ANTON WISHNU