TEMPO.CO, Jakarta - Kegagalan tim nasional U-21 membawa pulang Piala Hasanal Bolkiah menyisakan kekecewaan bagi pelatih Widodo Cahyono Putro. Menurut dia, pada pertandingan final melawan tuan rumah Brunei Darussalam, Jumat malam, 9 Maret 2012, Andik Vermansyah dan rekan-rekanya sudah menguasai pertandingan babak final.
"Siapa pun orangnya dan di mana pun berada, setiap kekalahan adalah menyakitkan," kata Widodo kepada Tempo, Sabtu, 10 Maret 2012.
Namun kekalahan itu tak lantas membuat Widodo patah arang. "Kekalahan itu menjadi cambuk membuka wawasan pikiran ke depannya untuk berbenah sehingga lebih maksimal," ujar mantan pemain tim nasional di era 1980-an dan 1990-an ini.
Tim asuhan Widodo lebih mendominasi penguasaan permainan di lapangan pada babak pertama. Namun Garuda Muda tak kunjung mencetak gol karena penyelesaian akhir yang buruk di depan gawang lawan. Andik cs sering buru-buru dalam menembak ke gawang. Alhasil, babak pertama imbang tanpa gol.
Di babak kedua, irama permainan tim tuan rumah berubah lebih cepat. Mereka berhasil memanfaatkan kelemahan tim asuhan Widodo yang sedang fokus menyerang, sehingga bisa mencetak dua gol melalui kejelian Muhammad Aminudin dan Adi bin Said.
"Di partai final, kesalahan sedikit berarti fatal. Seperti semalam, karena terlalu bernafsu mencetak gol, akhirnya kurang fokus pada pertahanan, maka lawan memanfaatkan kelemahan itu," kata mantan asisten pelatih tim nasional senior Piala AFF 2010 dan SEA Games 2011 ini.
Meski pulang tanpa piala, Widodo mengaku bangga terhadap kerja anak asuhannya. "Saya salut terhadap pemain. Dengan persiapan minim dan hanya dipandang sebelah mata, tim ini bisa mencapai final," ujarnya. "Maaf, tim belum mempersembahkan yang terbaik."
RINA WIDIASTUTI