TEMPO.CO,- Gelandang Bolton Wanderers, Fabrice Muamba, saat ini sedang berjuang untuk bisa bertahan hidup usai tak sadarkan diri saat bertanding melawan Tottenham Hotspur di White Hart Lane, Sabtu 17 Maret 2012. Ini bukan perjuangan pertamanya dalam mempertahankan hidup.
Kisah perjuangan Muamba dimulai ketika ia masih kecil di Kota Kinshasa, Zaire, negeri kelahirannya, kini bernama Republik Demokratik Kongo. Perang saudara yang melanda di era 1990-an membuat Muamba kecil berusaha bertahan hidup. “Perang itu menghentikan kami untuk bermain bola karena kami takut akan terbunuh,” ujar Muamba kepada The Telegraph, tahun lalu.
Banyak yang meyakini bahwa konflik tersebut merupakan yang paling mematikan sejak Perang Dunia II. Korban disinyalir mencapai 5,4 juta jiwa. Beruntung keluarga Muamba tidak masuk dalam hitungan itu. Ayahnya, Claude, merupakan penasihat Perdana Menteri Kengo Wa Dondo, yang dipaksa pergi karena pasukan pemberontak sudah mendekati ibu kota.
Pada 1994 keluarga Muamba mengungsi ke Inggris Raya untuk mencari suaka. Butuh waktu lima tahun sebelum akhirnya permohonan suaka mereka diterima. Meski begitu paman Muamba, Ilunga, jadi salah satu korban perang sipil di sana. Kehilangan yang masih sangat disesali Muamba hingga kini.
Di Inggris, Muamba mulai mengikuti pendidikan di sekolah Kelmscott, hanya beberapa kilometer dari White Hart Lane. Awalnya dia tak mampu berbahasa Inggris, tapi Muamba ahli di bidang matematika dan sepak bola. Bakatnya itu mendapat banyak sorotan. Pada 2002 Muamba pun mulai berlatih bersama tim yunior Arsenal hingga lulus dari akademi dua tahun kemudian.
Muamba menandatangani kontrak profesional pertamanya di Arsenal pada Oktober 2005. Namun dia kesulitan menembus tim inti asuhan Arsene Wenger. Muamba pun hannya tampil pada sepasang pertandingan, keduanya di ajang Piala Carling.
Karena jarang mendapat kesempatan, Muamba pun dikirim ke Birmingham City pada Agustus 2006 sebagai pemain pinjaman. Di St. Andrews pemain yang biasa beroperasi sebagai gelandang bertahan itu mampu tampil impresif. Bahkan para pendukung The Blues memilihnya sebagai pemain muda terbaik Birmingham di musim itu. Birmingham pun mempermanenkan kontraknya pada Mei 2007 dengan membayar biaya empat juta poundsterling (Rp 57,7 miliar) ke Arsenal.
Setelah Birmingham terdegradasi di pengujung musim 2007/2008, Bolton pun memboyongnya dengan biaya lima juta poundsterling (Rp 72,2 miliar). Di bawah asuhan Gery Megson, Muamba lebih sering dimainkan. Begitu pun ketika Owen Coyle berkuasa. Di usianya yang baru akan menginjak 24 tahun pada pekan depan, rekor penampilan Muamba hampir mendekat angka 150.
Muamba pun tampil di berbagai level tim nasional Inggris, mulai dari U-16 hingga U-21. Meski begitu Muamba belum pernah dipanggil ke timnas senior The Three Lions.
TELEGRAPH | IRVAN SAPUTRA
Berita terkait:
Muamba Tak Sadarkan Diri, Laga Piala FA Dihentikan