TEMPO.CO, Jakarta - Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia belum akan meminta bantuan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) untuk menyelesaikan dualisme kompetisi meski klub-klub peserta Liga Super terus menolak tawaran rekonsiliasi. PSSI memilih pendekatan door to door. "Kami tidak akan minta AFC turun tangan dulu karena kami terus mengupayakan rekonsiliasi," kata Direktur Legal PSSI Finantha Rudy, Jumat, 30 Maret 2012.
PSSI mengundang klub-klub LSI untuk urun rembuk membahas dualisme kompetisi, Kamis malam lalu, di hotel Crowne Plaza. Namun tak satu pun klub LSI yang memenuhi undangan tersebut. Pada 14 Maret lalu, PSSI juga mengundang klub-klub LSI di hotel yang sama. Namun, dari 12 klub yang diundang, hanya Persib Bandung yang mengutus wakilnya.
Ketua Tim Rekonsiliasi PSSI Bernhard Limbong mengatakan PSSI akan mencoba membujuk klub-klub LSI dengan mendatangi mereka satu per satu. "Kalau perlu door to door. Kami akan lakukan secara pribadi," katanya. AFC belum akan dilibatkan. "Kalau diserahkan ke AFC berarti kami menyerah. Saya tidak ingin ke sana dulu."
Dualisme kompetisi di Indonesia ditandai dengan munculnya Liga Super dan Liga Prima Indonesia. Hanya Liga Prima yang selama ini diakui PSSI. AFC, sebelumnya, telah memberi tambahan waktu kepada PSSI untuk menyelesaikan dualisme kompetisi. Semestinya, sesuai dengan arahan FIFA, dualisme harus sudah berakhir sebelum 20 Maret 2012. Namun, hingga kini, masalah tersebut masih terus bergulir.
Karena dualisme yang tak kunjung usai itu, PSSI terancam sanksi dari Badan Sepak Bola Internasional (FIFA). Komite Eksekutif FIFA kemarin malam bersidang di kantor pusat mereka di Zurich, Swiss, dengan salah satu agendanya membahas kemungkinan sanksi untuk Indonesia.
DWI RIYANTO AGUSTIAR | JERRY OMONA