TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), Tono Suratman, mengatakan pihaknya akan mengadakan sosialisasi kepada lembaga adat dan masyarakat Riau tentang dilombakannya dansa chacha pada PON XVIII di Riau pada September 2012.
Langkah ini dilakukan sebagai solusi terhadap munculnya penolakan masyarakat Riau atas penambahan dansa chacha dalam cabang olahraga yang akan dipertandingkan pada pesta olahraga nasional itu.
"Masalah (penolakan) lembaga adat, nanti, kan, kita bisa mensosialisasikan masalah tempatnya. Di mana tempatnya, apakah di tempat umum atau dimana," kata Tono di Jakarta, Senin, 16 April 2012.
Sebelumnya, tokoh lembaga adat Riau menolak dilombakannya dansa chacha pada PON XVIII karena dianggap tabu dan tidak sesuai dengan budaya masyarakat Riau. "Kan dansa yang dilombakan bukan seperti dansa yang dibayangkan," kata Tono.
Tono berkeras dansa chacha bisa tetap dilombakan, karena berdasarkan pertemuan antara Kementerian Pemuda dan Olahraga, KONI, dan Panitia Besar PON XVIII, dansa chacha memenuhi kriteria sebagai cabang olahraga baru dalam PON. "Dansa sudah memenuhi kriteria yang dibutuhkan, sehingga harus tetap dilombakan," kata Tono.
Tono tidak merinci lebih lanjut bentuk sosialisasi serta kapan sosialisasi mengenai dilombakannya dansa chacha. Sebelumnya, Deputi Pembinaan dan Prestasi Kemenpora, Djoko Pekik, menawarkan beberapa solusi agar dansa chacha bisa dilombakan.
Salah satunya adalah melombakan dansa di tempat yang terisolasi atau jauh dari pusat-pusat keramaian masyarakat, misalnya di kapal pesiar. Dansa chacha juga terancam tidak dilombakan karena Kalimantan Selatan sebagai provinsi yang lolos kualifikasi dinyatakan tidak pernah lolos kualifikasi.
Ketua Panitia Besar PON, Syamsurizal, menerima surat dari KONI Yogyakarta bahwa Kalimantan Selatan tidak lolos kualifikasi. Namun, pengurus Ikatan Olahraga Dansa Indonesia (PP IODI), Robin T, menegaskan Kalimantan Selatan telah lolos kualifikasi di grup C sehingga provinsi berhak bertanding dalam PON.
ANANDA W. TERESIA