TEMPO.CO, Bojonegoro - Striker Persela Lamongan, Samsul Arif, mengatakan bahwa sanksi yang diberikan PSSI terhadap dirinya agak kurang bijaksana. Sebab, yang menjadi penyebab masalah ini, yaitu klub dan pihak PSSI. “Tapi, pemain yang akhirnya jadi korban,” ujarnya, Selasa, 22 Januari 2013.
Mantan striker Persibo Bojonegoro ini juga mengakui bahwa sebenarnya dirinya berniat bergabung dengan tim nasional. Sebab, hampir seluruh pemain berkeinginan untuk bisa bermain dengan rekan-rekannya di tim nasional. Bahkan, dirinya juga masih kerap berkomunikasi dengan para pengurusnya. Namun, apa daya, klub tak memberinya izin.
Makanya, masalah perseteruan organisasi ini, diharapkan bisa cepat selesai. Karena perseteruan jelas banyak merugikan pemain dan kemajuan sepak bola nasional. Dia berharap secepatnya dia bersama teman-teman pemain bisa kembali bersama untuk tim nasional. “Saya berharap besar itu,” kata pemain asal Bojonegoro ini.
Samsul Arif dihukum PSSI bersama 21 pemain Liga Super lainnya pada Senin lalu, karena menolak panggilan timnas. Mereka dihukum larangan bermain selama enam bulan dan dijatuhi denda.
Manajer Persela Lamongan, Deby Kurniawan, mengatakan, PSSI salah alamat jika menjatuhkan sanksi kepada Samsul Arif. Alasannya, dengan bergabungnya Samsul ke Persela, otomatis klub lebih loyal kepada organisasi Komite Penyelamat Sepak bola Indonesia (KPSI) ketimbang PSSI. “Kita lebih loyal ke Pak La Nyalla Matalitti (Ketua KPSI),” ia menegaskan.
Menurutnya, kalaupun Samsul Arif tidak bergabung ke timnas, hal itu menjadi sangat wajar. Jelas pihak Persela Lamongan akan mendukung sepenuhnya. Untuk itu, pihak PSSI mesti berpikir ulang, jika ingin menjatuhkan sanksi kepada Samsul Arif. “Jelas kami dukung pemain Persela,” ujarnya.
SUJATMIKO