TEMPO.CO, Surabaya - Gede Widiade, Chief Executive Officer Persebaya Surabaya 1927, berharap keputusan penyatuan kompetisi liga sepak bola nasional tidak memakan banyak korban. Sebab, kata Gede, banyak orang yang mengandalkan hidup dari Persebaya 1927. "Kalau akan disatukan konsepnya harus jelas. Jangan korbankan pemain dan pengurus yang hidup dari sepak bola," kata Gede kepada Tempo, Senin, 18 Maret 2013.
Keputusan Kongres Luar Biasa PSSI yang hendak menyatukan kompetisi liga mengancam kelangsungan Persebaya 1927 yang selama ini berkompetisi di bawah Liga Prima Indonesia. Sebaliknya, keputusan itu menghembuskan angin segar bagi Persebaya Divisi Utama yang berada di bawah PT Liga Indonesia untuk lebih mendapatkan pengakuan.
Menurut Gede, penyatuan liga tidak boleh menang-menangan. Yang lebih penting dipikirkan oleh semua pihak, kata dia, ialah bagaimana kelangsungan sebuah klub selama mengikuti kompetisi. "Biaya klub satu musim kompetisi sekitar Rp 15 miliar. Itu yang lebih penting dicarikan solusinya daripada rebutan siapa yang paling berhak menjadi operator kompetisi," kata Gede.
Gede mengatakan akan pro-aktif mempertanyakan nasib Persebaya 1927 kepada operator yang selama ini menangani liga sepak bola, yakni Widjayanto dari PT Liga Prima Indonesia Sportindo dan Djoko Driyono dari PT Liga Indonesia. Selain itu Gede juga akan menemui pemegang saham PT Persebaya Indonesia yang menaungi Persebaya 1927. "Semakin cepat ada kepastian semakin baik, agar pemain dan pengurus tidak menjadi korban," kata dia.
Di sisi lain, Manajer Persebaya Divisi Utama Bambang Pramukantono mengatakan masih ingin fokus pada timnya yang tengah berjuang ke level liga super. Ia mengaku belum terlalu memikirkan keputusan kongres luar biasa. "Yang penting bagaimana Persebaya Divisi Utama naik ke kompetisi level tertinggi," kata dia.
KUKUH S WIBOWO