TEMPO.CO, Amerika Serikat - Ricardo Portillo, wasit asal Salt Lake City, Amerika Serikat, korban pemukulan seorang kiper remaja yang sempat koma selama satu pekan akhirnya meninggal, Senin, 6 Mei 2013. Portillo tutup usia di umur 46 tahun.
Rabu, 27 April 2013, Portillo menjadi wasit dalam sebuah pertandingan La Liga Continental, turnamen yang tidak berafiliasi dengan Organisasi Sepak Bola Muda Amerika Serikat, di Eisenhower Junior High School, Taylorsville. Pada laga itu, Portillo memberikan kartu kuning kepada kiper salah satu tim.
Sebab, kiper itu melakukan pelanggaran terhadap penyerang tim lawan yang hendak mencetak gol. Namun, pemuda yang memiliki badan lebih besar dari Portillo, itu tak menerima keputusan sang wasit. Pemuda itu lalu berdebat dengan Portillo. Setelah itu, ia melepaskan pukulan ke arah wajah Portillo.
"Tersangka begitu dekat dengan Portillo dan dia memukul ke arah wajah Portillo satu kali karena tak terima dengan keputusan tersebut," kata juru bicara kepolisian Justin Hoyal dalam pernyataan resminya seperti dikutip Guardian, Senin, 6 Mei 2013.
Awalnya, Portillo tampak baik-baik saja. Kemudian, dia minta dipegangi karena merasa sedikit pusing. Dia lalu duduk dan muntah darah. Hal itu memicu rekannya untuk segera memanggil ambulan. Dia pun segera dibawa ke Intermountain Medical Center, Salt Lake City.
Ketika polisi datang Portillo masih duduk di lapangan, sementara sang remaja sudah melarikan diri. Sebelum dibawa ke rumah sakit, Portillo sempat memberitahukan keluhannya kepada seorang tim medis. Portillo merasakan sakit pada wajah dan punggungnya.
Namun, saat tiba di rumah sakit, Portillo mengalami koma karena ada pembengkakan di otaknya. Lalu, putri Portillo, Johanna Portillio, 26, menelepon polisi untuk memberitahukan kondisi ayahnya yang semakin memburuk. Setelah itu, polisi melakukan pencarian terhadap sang kiper.
Sabtu malam, Ayah sang pelaku membawa anaknya ke kantor polisi untuk diimintai keterangan. Kini, pemuda itu ditahan di fasilitas penahanan remaja sampai hukuman dijatuhkan. "Tuntutan resmi akan dilakukan di awal minggu ini oleh kejaksaan Salt Lake," demikian pernyataan resmi seorang polisi.
"Jika saya tahu dia menghabiskan waktu di penjara selamanya ,itu tidak akan pernah cukup. Ayah saya tidak akan kembali," ucap Johanna. Sebelumnya, Portillo pernah mengalami kejadian pemukulan seperti ini. Johanna dan adiknya sempat memohon kepada sang ayah untuk berhenti menjadi wasit.
Namun, Portillo tetap bersikeras untuk terus menjalani profesinya. "Itu adalah hasratnya. Kami tidak bisa melarangnya," tutur Johanna.
EUROSPORT | SINGGIH SOARES TONCE
Baca Juga:
Cavani Enggan Bicara Soal Masa Depan di Napoli
Ajax Juara, De Boer Samai Rekor Michels-Van Gaal
Fernandinho Akui Ingin Hengkang ke Manchester City