TEMPO.CO, Jakarta - Sebelas pemain klub PSMS Medan mengadu ke Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), karena tidak dibayar selama sepuluh bulan. Mereka pun terkatung-katung di Ibu kota lantaran belum mendapat kejelasan soal pelunasan.
"Dari sepuluh bulan itu, baru setengah bulan yang dibayar. Sedangkan saat ini kompetisi sudah berakhir. Kalau kami pulang ke Medan, justru khawatir gaji kami malah tidak dibayar. Makanya kami datang ke sini setelah main melawan PS Bangka akhir pekan lalu," kata salah seorang pemain, Alamsyah Nasution, Rabu, 12 Juni 2013.
Kata Alamsyah, beragam upaya sebenarnya telah dilakukannya untuk menutut hak, seperti bertanya kepada PT Liga Indonesia selaku operator kompetisi pada Selasa kemarin. "Kami bosan dengan janji-janji manajemen. Makanya kami inisiatif ke PSSI. tapi setelah bertemu PT Liga, mereka pun hanya berjanji memediasi kami dengan manajemen PSMS," kata Alamsyah lagi.
"Kami melakukan hal ini, supaya tahun depan tidak kembali terulang. Kalau memang tidak sanggup, seharusnya tidak usah dipaksakan ikut kompetisi," Alamsyah menambahkan.
Ihwal sama diutarakan kapten tim Hardiyanto. "Kami hidup memprihatinkan, sedangkan kami harus menghidupi keluarga. Kami terpaksa ngutang sana-sini," kata Hardiyanto.
Adapun Sekretaris Jenderal PSSI Hadiyandra menilai masalah tunggakan gaji itu seharusnya menjadi tanggungjawab manajemen klub. "Seharusnya klub punya prediksi keuangan. Saya sangat menyayangkan kalau tiba-tiba saja hak pemain ternyata belum dibayarkan," kata Hadiyandra.
Masalah tunggakan gaji sendiri sebenarnya tidak hanya terjadi di PSMS Medan. Mayoritas klub, baik asal Liga Super atau Liga Prima mengalami hal tersebut, sejak Kementerian Dalam Negeri melarang penggunaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah untuk operasional klub.
ARIE FIRDAUS