TEMPO.CO, Jakarta - Suporter di Indonesia sedang berada dalam periode bertumbuh. Dalam enam tahun terkahir, telah muncul kelompok-kelompok suporter terorganisasi. Fenomena yang berdampak positif bagi perkembangan sepak bola nasional, namun juga memiliki sisi negatif.
Kian maraknya kelompok suporter tim di Indonesia menjadi warna tersendiri. Sayangnya, beberapa kelompok suporter ada yang mengadopsi gaya suporter luar negeri. Istilah ultras atau hooligans ikut menghiasi kelompok supporter indopnesia.
Selama ini, ultras lebih dikenal kelompok suporter yang kerap membuat rusuh. Namun ultras juga memiliki sisi positif. Ultras di Indonesia dengan luar negri tak jauh berbeda. Mereka menyanyikan lagu-lagu pembangkit semangat (bukan lagu cacian kepada suatu kelompok), atau melakukan koreografi memukau kepada tim kesayangan, tak peduli hasil yang dicapai.
Sementara itu, Hooliganisme sepak bola merujuk pada perilaku nakal dan merusak oleh penggemar sepak bola yang terlalu bersemangat. Tindakan seperti berkelahi dan intimidasi lekat dengan hooligans.
Perilaku itu sering didasarkan pada persaingan antara tim berbeda, dan konflik dapat terjadi sebelum atau setelah pertandingan sepak bola. Hooligans sering memilih lokasi jauh dari stadion untuk menghindari penangkapan oleh polisi. Namun, konflik juga bisa meletus secara spontan di dalam stadion atau di jalan-jalan.
Hooligans merupakan stereotip suporter dari Inggris, tetapi saat ini telah menjadi sebuah fenomena global. Banyak dari kelompok suporter ini sering keluar masuk penjara, karena kerap terlibat bentrok fisik dengan suporter musuh maupun dengan pihak keamanan.
Untuk mengantisipasi adanya kerusuhan, gaya berpakaian mereka sudah dipersiapkan dengan sangat matang untuk sebuah perkelahian. Mereka sangat jarang menggunakan pakaian yang sama dengan tim idolanya, dan memilih berpakaian asal-asalan agar tidak terdeksi oleh pihak keamanan dan pendukung musuh.
Kehadiran mereka di arena pertandingan mungkin hanya menyanyikan dan mengumandangkan chants tim kesayangan, serta tidak mengenal dengan tetabuhan tambur dan tari-tarian di dalam stadion layaknya suporter di Indonesia. Selain itu, Hooligans tidak mengenal dengan yang namanya flair berwarna dan berasap tebal, atau petasan yang selama ini sering terlihat dan menjadi ciri khas stadion-stadion di Indonesia. Pasalnya hal ini merupakan ciri khas para ultras.
Sangat disayangkan hooligans di Indonesia saat ini lebih diartikan menjadi sebuah tren. Banyak kelompok suporter Indonesia yang ikut-ikutan dengan gaya hooligans. Hal ini menjadi sebuah akulturasi budaya salah kaprah dikalangan para pecinta sepak bola tanah air.
BERBAGAI SUMBER | ANTONIUS WISHNU
Baca Juga:
Napoli-Chelsea Sepakati Harga Transfer Cavani
Monreal: Isco Bakal Sukses di Madrid
Cedera, Italia Pulangkan Balotelli