TEMPO.CO, Jakarta -Aksi demontrasi sejumlah peman PSMS Medan, yang menuntut pembayaran tunggakan gaji mereka beberapa waktu lalu, berujung pahit. Alih-alih mendapat uang, mereka kini justru terancam saksi dari Komisi Disiplin Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Sekretaris Jenderal PSSI Joko Drioyono mengatakan 11 pemain yang menuntut hak mereka itu telah melanggar etika karena melakukannya dengan jalan demontrasi. "Jangan sampai penyelesaian yang tidak sesuai dengan etika menjadi sesuatu yang dibenarkan," katanya di Hotel Atlet Century, Jakarta, Jumat, 28 Juni 2013.
Komisi disiplin akan menyelidiki semua organ PSMS, termasuk manajemen dan pemain, atas kasus demontrasi tersebut. Menurut dia, siapa pun bisa terkena hukuman. "Dalam kasus pelanggaran disiplin, penyebaran kebencian yang dilakukan pemain di lapangan saja bisa kena masalah, apalagi ini," ujarnya.
Menurut Joko, kasus sengketa gaji semestinya diselesaikan melalui tahapan penyelesain yang telah ada di organisasi. Jalur itu dimulai dengan mediasi. Jika mediasi gagal, Komite Status dan Alih Status Pemain akan mengambil alih. Jika gagal juga, jalur berikutnya adalah badan penyelesaian sengekta, yang saat ini, kata Joko, sedang dirintis PSSI. "Pemain harus yakin bahwa kontrak mereka dilindungi. Jadi cara penyelesaiannya bukan dengan teriak-teriak karena hubungan pemain dengan klub tidak bisa disamakan dengan hubungan buruh dengan perusahaan."
Sebelumnya, sebanyak 11 pemain PSMS Medan melakukan aksi demonstrasi di kantor PSSI, Jakarta, sejak 3 pekan lalu, mereka menuntut pelunasan gaji yang ditunggak selama 10 bulan. Aksi demonstrasi ke PSSI itu mereka tempuh dengan alasan manajemen PSMS sulit ditemui.
GADI MAKITAN
Berita terpopuler:
Spanyol Kena 'Kutukan', Italia Anti-catenaccio
Del Bosque: Italia Luar Biasa
Resmi, Madrid Ikat Isco untuk Lima Musim
Lawan Italia, Reina Dukung Casillas Jadi Starter
Casillas: Spanyol Beruntung