TEMPO.CO , Liverpool: Liverpool menyeruak ke bursa kandidat juara Liga Primer Inggris berkat tujuh kemenangan beruntun sejak awal Februari lalu. Terakhir, mereka menekuk Sunderland, 2-1, di Stadion Anfield, Liverpool, Rabu lalu.
Hasilnya, The Reds memasuki akhir pekan ini di posisi kedua dengan nilai 68, hanya kurang 1 poin dari Chelsea di puncak sampai sebelum pertandingan Sabtu, 29 Maret 2014.
Malam nanti, Minggu, 30 Maret 2014, Anfield akan kembali menjadi benteng Liverpudlian dari ancaman musuh. Tottenham Hotspur mencoba menghancurkan mimpi Liverpool untuk meraih gelar juara liga Inggris, yang terakhir mereka rasakan 24 tahun lalu.
Pelatih Liverpool, Brendan Rodgers, mewanti-wanti pasukannya untuk tidak teralihkan pikirannya pada perebutan gelar dan berfokus pada Spurs untuk mempertahankan momentum kemenangan. "Kami hanya perlu terus bermain bagus dan tetap tenang," kata dia, Jumat lalu.
Rodgers, 41 tahun, menganggap tujuh kemenangan beruntun sebagai hasil yang menakjubkan dalam kompetisi seketat Liga Primer. "Target kami melanjutkan tren itu di pertandingan mendatang," ujar pelatih asal Irlandia Utara itu.
Daniel Sturridge, penyerang yang mencetak 23 gol dalam 27 pertandingan, mengatakan tidak akan mengendurkan gas meski telah melewati tujuh kemenangan. "Kami pantang buru-buru girang dan menganggap penting setiap pertandingan," ujar pemain andalan tim nasional Inggris itu.
Saat tuan rumah tidak terkalahkan dalam liga sepanjang 2014, tim tamu datang dengan catatan buruk. Spurs baru kehilangan tempat di posisi kelima di klasemen oleh Everton, dan tergeser ke tangga keenam. Penyebabnya adalah kelabilan anak-anak asuh Tim Sherwood tersebut. Klub asal London itu menang tiga kali dan kalah tiga kali dalam enam pertandingan terakhir.
Spurs juga bertandang ke Anfield dengan kekuatan pincang. Mereka kehilangan Kyle Walker, pilihan utama di posisi bek kanan, karena cedera selangkangan; gelandang Etienne Capoue absen karena sakit di pergelangan kaki; dan pemain sayap Erik Lamela memiliki masalah di tulang belakang. Adapun Emmanuel Adebayor, ujung tombak andalan mereka, dipaksakan turun meski lututnya belum pulih benar.
Liverpool pernah jadi mimpi buruk bagi Lilywhites—julukan Spurs. Desember lalu, The Reds menggilas Spurs 0-5 di depan pendukungnya di Stadion White Hart Lane, London, dan berujung pemecatan pelatih Andre Villas-Boas. "Kami harus melupakan pertandingan itu," kata Paulinho, gelandang Spurs. "Memang sulit, tapi kami memiliki kesempatan meraih hasil positif di Anfield."
Spurs memiliki target masuk empat besar supaya bisa berlaga di Liga Champions Eropa, musim depan. Dengan tujuh pertandingan sisa, Paulinho menganggap target itu masih dalam jangkauan. "Kami harus meraih posisi lebih tinggi, caranya dengan memenangi pertandingan ini," kata pemain 25 tahun langganan tim nasional Brasil itu.
Bek tengah Younes Kaboul memiliki resep untuk meraih target tersebut. Caranya, kata pemain asal Prancis itu, menekan tuan rumah sejak menit awal dan mencetak gol dengan cepat.
Masalahnya, Spurs merupakan tim yang lambat panas. Mereka tidak pernah mencetak gol di lima belas menit awal sepanjang musim ini. Saat menjamu Southampton, Ahad lalu, mereka tertinggal 0-2 di 28 menit pertama dan baru mencetak gol kemenangan di ujung pertandingan, sehingga menang 3-2.
Kaboul, 28 tahun, yakin Liverpool tidak akan memberi kesempatan yang sama seperti Southampton. "Sulit untuk membalikkan keadaan saat melawan tim sekelas Liverpool, apalagi di Anfield," kata dia.
LONDON 24 | INSIDE FUTBOL | HERE IS THE CITY | BLEACHER REPORT | REZA MAULANA
Berita Terpopuler
Akhirnya Polisi Temukan Bayi dan Penculiknya
Penculik Bayi Bandung Sempat Mau Bunuh Diri
Ke Suami, Penculik Mengaku Baru Lahirkan Bayi