TEMPO.CO, Liverpool - Klub Liverpool memutuskan untuk mengenakan gaya kostum bertanding mereka pada era 1960-an pada musim kompetisi mendatang, 2014-2015. Desainnya tetap berbasis pada warna merah, yang sudah jadi identitas dan kebanggaan klub, ditambah garis putih tipis di leher, lengan, di lingkaran atas kaos kaki. "Saya merasa nostalgia yang nyata tentang tempat saat ini. Ada nuansa Liverpool tua," Manajer Liverpool, Brendan Rodgers, Jumat lalu, 11 April 2014.
Keputusan pergantian kostum itu keluar ketika klub berjuluk The Reds ini bangkit memimpin kompetisi Liga Primer Inggris 2013-2014. Bahkan, pertandingan di kandang mereka, yaitu Stadion Anfield besok, Minggu, 13 April 2014, melawan Manchester City disebut sebagai laga menentukan di liga layaknya babak final sebuah turnamen. Padaha, masih ada empat partai lagi yang tersisa buat Reds.
Bila menang, Liverpool diprediksi di ambang juara karena tinggal berhadapan dengan tim-tim dengan kualitas di bawahnya, kecuali Chelsea. Namun, mereka akan menjamu Chelsea pada 27 April nanti di Anfield sehingga punya keuntungan tampil di kandang dengan dukungan suporter lebih besar.
Semua itu menunjukkan Liverpool di bawah asuhan Rodgers--pelatih asal Skotlandia berusia 41 tahun yang menangani mereka sejak 2012--sedang dalam proses menuju kembali ke masa awal kejayaannya 50 tahun lalu (Baca: Suarez dan Gerrard Raih Gelar Pemain Terbaik) .
Pada musim kompetisi 1963-1964, Reds di bawah asuhan manajer Bill Shankly kembali menjuarai divisi pertama Liga Inggris, divisi tertinggi yang waktu itu belum bernama Liga Primer. Sebelumnya, mereka turun ke divisi kedua 1904-1905 dan 1961-1962. Total, Reds memenangi kompetisi puncak Inggris itu 18 kali dari 1900-1901 sampai 1989-1990 atau dua tahun sebelum format kompetisi berubah menjadi Liga Primer.
Jadi, keputusan Liverpool untuk mengubah kostum timnya kembali ke gaya tahun 1960-an bukan tanpa maksud tertentu. Kostum baru yang mengingatkan kepada era skuad Reds di bawah asuhan Shankly itu diharapkan memberikan motivasi buat Rodgers dan kawan-kawan mempertahankan momentum kebangkitan ini. Era 1960-an memang sangat bersejarah buat Kota Liverpool. Sebab saat itu, mereka tidak cuma memiliki tim sepak bola yang kehebatannya dikagumi pecinta sepak bola internasional, tetapi juga grup musim yang begitu legendaris sampai sekarang, The Beatles.
"Semuanya begitu tidak terduga," ucap sejarawan Liverpool, Eric Doig, yang menjadi penonton setia di Anfield pada 1963-1964. Doig pun tumbuh di jalanan seputar stadion legendaris tersebut dan kakeknya memperkuat Reds. "Kami (waktu itu) punya tim yang sangat kuat. Saya pikir mereka hanya menggunakan 16 pemain pada masa itu dan beberapa orang di antaranya hanya bermain di satu atau dua pertandingan," Doig melanjutkan.
Penulis buku sejarah klub Liverpool berjudul Essential History of Liverpool bersama Alex Murphy menjadi saksi kehebatan pasukan Bill Shankly ketika memenangi Divisi Pertama Liga Inggris 1964 dengan menggilas Arsenal 5-0.
Kostum Liverpool gaya skuad The Reds 1960-an tak cuma mengingatkan pada generasi Shankly yang legendaris, Bob Paisley, lantas band The Beatles dengan pentolannya, yaitu John Lennon dan Paul McCartney, tapi juga Gerry and The Pacemakers, The Searchers and Cilla Black, dan grup musik serta penyanyi lainnya. Mereka menguasai tangga lagu-lagu di Inggris dan digandrungi dunia pada masa itu.
INDEPENDENT | GUARDIAN | ESPN SOCCERNET | PRASETYO
Terpopuler
Timnas Indonesia U-19 Tekuk Oman
Indonesia Vs Oman di Cuaca 33 Derajat Celsius
Francesco Totti Jadi Sopir Taksi
Susunan Pemain Timnas U-19 Melawan Oman