TEMPO.CO, Jakarta - Setelah melakukan pendekatan khusus, Presiden FC Parma, Giampietro Manenti, akhirnya berhasil meyakinkan pengelola GOS, sebuah perusahaan jasa layanan sekuriti pertandingan sepak bola, untuk bekerja kembali. Kesepakatan kedua pihak diteken di Markas Kepolisian Kota Parma, Jumat lalu.
“Jadi tak perlu diragukan lagi, Ahad nanti (hari ini) kami akan menjamu Atalanta di Stadion Tardini,” kata Manenti. “Seusai ini, setelah membayar GOS, kami akan melunasi pembayaran-pembayaran lain yang tertunda. Selanjutnya kami akan terus bermain.”
Bila yang dikatakan pengusaha Slovenia berdarah Italia itu benar, berarti Parma tak lama lagi bakal kembali normal. Itu berarti FIGC (Federasi Sepak Bola Italia) tak akan lagi menunda laga-laga I Gialloblu--pasukan biru-kuning, julukan mereka--seperti dua pekan berturut-turut sebelumnya.
Bayangkan, karena kesulitan keuangan, sejak awal musim ini Parma tak mampu membayar jasa perusahaan sekuriti stadion, gaji pemain dan para staf, serta layanan-layanan penunjang lain.
Walhasil, tak ada minuman bagi pemain, tak ada air hangat di kamar mandi, tak ada jasa laundry–sehingga pemain harus mencuci baju sendiri—bahkan pemain harus menggunakan mobil pribadi saat laga tandang karena busnya tak ada. Wali Kota Parma, Federico Pizzarotti, pun mengeluarkan perintah untuk menyegel Stadion Tardini.
Kondisi itu membuat para suporter mengamuk. Sekitar dua pekan lalu, mereka melakukan protes besar-besaran di Stadion Tardini. Di pintu gerbang stadion yang disegel, sebuah kertas bertulisan ”Chiuso per rapina” (tertutup untuk perampok) mereka tempelkan. Itu hujatan untuk Presiden Parma Manenti.
“Saya berharap tulisan itu tidak ditujukan untuk saya,” kata Manenti. “Sebab, seharusnya mereka menyalahkan para pemilik Parma sebelum saya.” Manenti memang baru menjadi pemilik Parma mulai awal Maret ini, sedangkan kondisi mengenaskan klub itu sudah berlangsung bertahun-tahun.