TEMPO.CO, Vina del Mar - Kiper David Ospina, yang terancam kehilangan tempat utama di Arsenal, bermain luar biasa membela Kolombia melawan Argentina di Stadion Sausalito, Vina del Mar, Cile, Sabtu, 27 Juni 2015. Namun Ospina akhirnya gagal meloloskan Kolombia ke semifinal Copa America 2015.
Argentina pun maju ke semifinal dan berpotensi mewujudkan pertandingan yang dinantikan penggemar sepak bola dunia jika bisa berhadapan dengan Brasil. Tim Samba ini baru bermain Minggu dinihari, 28 Juni 2015, menghadapi Paraguay pada perempat final.
Ospina terpilih sebagai man of the match alias bintang lapangan pada pertandingan perempat final kejuaraan antarnegara Amerika Selatan itu. Kiper Arsenal yang harus bersaing dengan Petr Cech untuk menjadi pemain starter The Gunners pada Liga Primer Inggris musim depan itu menahan tembakan Lionel Messi, Sergio Aguero, dan Nicolas Otamendi dalam pertandingan normal. Namun, ketika pertandingan harus diselesaikan dengan adu penalti setelah skor 0-0 sampai laga 90 menit berakhir, Carlos Tevez menyudahi kegemilangan Ospina.
Tevez, penyerang yang segera meninggalkan finalis Liga Champions 2015, Juventus, ini membobol gawang kiper Kolombia tersebut sehingga skor 5-4 untuk kemenangan Argentina.
Pelatih Argentina, Gerardo Martino, baru menurunkan Tevez pada menit ke-73 menggantikan Aguero. Ketika tampil di lapangan, penyerang kawakan 31 tahun tersebut sudah mendapatkan kepastian bisa kembali dari Juventus, Italia, ke klub asalnya di Argentina, Boca Junior.
Seperti mendapat tambahan kekuatan mental karena mimpinya pulang ke Boca tercapai, Tevez lantas tampil menjadi pahlawan Argentina dalam drama semifinal Copa America 2015, yang berakhir dalam 95 menit, 16 tembakan akurat, dan 14 tembakan penalti.
Ada empat tembakan yang gagal memenuhi sasaran atau ditepis oleh Ospina sebelum Tevez mendapat giliran menjadi algojo penalti. Penyerang yang sudah malang melintang pada Liga Inggris dan Italia ini akhirnya membuat Ospina tak berdaya lagi mempertahankan gawang Kolombia dari kebobolan yang menyakitkan.
Teves membawa tim Agentina asuhan mantan pelatih Barcelona, Martino, membidik trofi utama untuk pertama kali sejak 1993 dalam Copa America 2015 ini. Argentina mendominasi pertandingan selama 90 menit dalam dua babak. Namun akhirnya mereka harus membutuhkan “dewa keberuntungan” bernama Tevez dalam drama adu penalti.
Lucas Biglia dan Marcos Rojo memiliki kesempatan untuk menentukan kemenangan Argentina dalam adu penalti tersebut. Namun mereka gagal dan mantan ujung tombak Juventus, Tevez, yang menjadi juru selamat dari tim berjulukan La Abiceleste ini.
Tevez menebus kegagalan Argentina empat tahun lalu melawan Uruguay, juara bertahan yang sudah disingkirkan oleh tuan rumah Cile.
Meski Ospina tampil istimewa dan Kolombia penuh semangat untuk memaksa Argentina gagal membobol gawang dalam pertandingan normal, La Abiceleste pantas memenangi laga ini.
Tim asuhan “Tata” Martino itu tampil menyerang secara intens menghadapi Kolombia setelah Messi cs hanya mencetak empat gol pada tiga pertandingan sebelumnya. Hanya Ospina yang sempat membuat anak-anak La Abiceleste merasa frustrasi. Ia menahan tembakan Aguero dari jarak dekat dan menepis tandukan Messi pada babak pertama.
Hal itu memberikan Kolombia, asuhan pelatih Jose Pekerman, kepercayaan diri menghadapi tim raksasa di Amerika Latin tersebut pada babak kedua. Sundulan keras penyerang andalan Kolombia, Jackson Martinez, mengancam gawang Argentina. Namun kiper Sampdoria, Sergio Romero, berhasil membuat penyelamatan gemilang.
Namun, pada babak kedua itu, Ospina yang terus menjadi penarik perhatian. Kiper 26 tahun ini membuat satu penyelamatan sensasional lagi. Kali ini ia menahan tembakan Otamendi. Bek Argentina tersebut melakukan tendangan voli ke pojok gawang, dan Ospina berhasil menepisnya. Dengan perempat atau semifinal Copa America 2015 tidak memberlakukan babak perpanjangan waktu jika skor imbang setelah 90 menit, laga harus diakhiri dengan penalti.
Pada semifinal Copa America 2015 ini bakal terjadi pertandingan legendaris dan klasik jika Agentina bisa berhadapan dengan Brasil. Namun, untuk mendapatkan pertandingan akbar tersebut, Brasil—asuhan pelatih Carlos Dunga—tanpa Neymar harus bisa menang pada pertandingan perempat final, Minggu pagi, 28 Juni 2015.
DAILY MAIL | GUARDIAN | BBC | HARI PRASETYO