TEMPO.CO, Banda Aceh - Martunis, 18 tahun, asal Aceh, diundang untuk berlatih dan sekolah di klub sepak bola elite Portugal, Sporting Lisbon, sejak 28 Juni 2015. Sejak itu, Martunis sudah dua kali menelepon ayahnya di Aceh, Sarbini.
Menurut Sarbini, pada telepon pertama setelah dua hari di asrama Sporting Lisbon, Martunis mengatakan rindu ayah dan adik-adiknya. “Dia juga menanyakan adiknya yang bungsu, Alfino (3 tahun). Itu yang paling dia ingat,” kata Sarbini, kepada Tempo, Selasa, 7 Juli 2015.
Pengakuan ibu Martunis, Ismaniyah, Alfino manja dengan Martunis. “Hampir setiap sore, Alfino memintanya jalan. Walaupun sebentar,” kata Ismaniyah.
Dalam dua kali pembicaraan lewat telepon, Sarbini berpesan kepada anaknya agar serius dalam menjalani latihan dan sekolah.
Sarbini dan Martunis selama ini tinggal di Desa Tibang, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh. Rumahnya sederhana, rumah bantuan tsunami yang letaknya persis di bekas rumah dulu yang hanyut dibawa gelombang raya 24 Desember 2004. “Ini sudah saya tambah pembangunan sedikit,” kata Sarbini.
Martunis diundang ke Sporting Lisbon untuk bersekolah dan berlatih sepakbola. Martunis difasilitasi oleh Kedutaan Besar Portugal di Jakarta untuk mengapai keinginannya berlatih di klub yang membesarkan Cristiano Ronaldo.
Kedekatannya dengan Portugal berawal dari musibah tsunami Aceh 26 Desember 2004. Martunis selamat dari tsunami setelah terkatung-katung di laut selama 19 hari dengan baju seragam tim nasional sepakbola Portugal.
Martunis ditemukan warga dan diserahkan kepada salah satu reporter televisi Inggris. Gambarnya kemudian menghebohkan dunia. Portugal pun menaruh simpati dan membantu.
ADI WARSIDI