TEMPO.CO, Jakarta - Jose Mourinho adalah anak didik Louis van Gaal. Mereka sama-sama bekerja saat di Barcelona. Namun kebersamaan itu tak membuat pola pikir mereka serupa. Salah satunya soal Radamel Falcao.
Sementara pelatih asal Belanda itu membuang Falcao setelah bermain selama semusim di Manchester United—yang bermain buruk dengan hanya membuat 4 gol dalam 26 laga—Mourinho malah mengambilnya.
Tentu saja mengejutkan. Chelsea punya pengalaman buruk dengan striker hebat yang sempat mampir di klub itu. Andriy Shevchenko, yang bersinar di AC Milan, tiba-tiba melempem. Begitu juga dengan Fernando Torres, yang dibeli dari Liverpool. Keduanya seperti kerupuk masuk angin.
Namun Mou punya pertimbangan lain. Setelah berbicara dengan dua beknya, John Terry dan Gary Cahill—yang mengaku kewalahan ketika bertemu dengan Manchester United pada musim lalu—dia pun semakin yakin pemain asal Kolombia itu belum habis.
“Kata mereka, Falcao tetap berbahaya,” kata Mou, yang berencana menduetkan kembali Falcao dengan tandemnya di Atletico Madrid, Diego Costa.
Falcao pun mengangguk setuju. Dia pun rela bermain di Chelsea, walau dengan jumlah gaji yang lebih rendah dibanding yang diterima di United yang mencapai 265 ribu pound. Bahkan, kata Mou, Falcao sendiri yang ikut membantu kesepakatan dengan Monaco—klub yang memilikinya.
Selanjutnya: Modal Motivasi Falcao