TEMPO.CO, Malang - Kabar meninggalnya pelatih Arema Cronus, Suharno, Rabu malam, 19 Agustus 2015, mengagetkan pencinta sepak bola di Malang dan Tanah Air. Pasalnya, Suharno yang humoris dikenal tak pernah mengeluhkan kondisi kesehatannya selama melatih Arema Cronus. Tak terlihat tanda-tanda sakit pada pelatih kelahiran Klaten ini.
Namun gelagat buruk kesehatan Suharno tampak sebelum laga persahabatan Arema melawan Persib Bandung dihelat di Stadion Kanjuruhan, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Selasa malam, 11 Agustus 2015. Saat itu Suharno sempat menelepon Manajer Umum Arema Cronus Ruddy Widodo. “Beliau bilang mual dan muntah,” ujar Ruddy Widodo.
Saat itu Suharno dalam perjalanan dari rumahnya di Sengkaling Regency, Malang, menuju mes Arema di Jalan Kesemek, Kota Malang. Biasanya Suharno memang berangkat ke Stadion Kanjuruhan bersama tim pelatih dan pemain dari mes yang baru ditempati Juni lalu itu.
Ruddy pun membujuknya agar tak ikut datang ke stadion supaya bisa beristirahat. Namun rupanya Suharno tetap berkeras ikut. Suharno tetap mendampingi timnya, meski terlambat menyaksikan pertandingan yang digelar untuk merayakan ulang tahun Arema ke-28 tersebut. Arema menang 1-0.
Ruddy menceritakan kebersamaannya dengan Suharno sebelum dia meninggal. Ia masih bercanda dengan para asisten pelatih dan pemain saat berlatih di Stadion Kanjuruhan, Rabu. Sekitar pukul 17.15, Suharno mengajak Ruddy bersama para asisten pelatih dan ofisial tim makan di sebuah warung di timur stadion.
“Saat di warung, Pak Harno pesan makanan sayur pedas sedikit. Dia memesan dua minuman, jeruk nipis, lalu pesan minuman teh tawar,” kata I Made Pasek Wijaya, salah satu asisten pelatih.
Sambil makan, mereka sempat membahas pertandingan Piala Presiden yang akan digelar 30 Agustus dan pembatalan Piala Proklamasi. Sehabis makan, Suharno semobil dengan Ruddy, Made Pasek, dan Alan Haviluddin (asisten pelatih) pulang menuju Kota Malang. Saat melintas di Jalan Panglima Sudirman, Kecamatan Kepanjen, Suharno meminta Alan menggantikan dirinya menyetir mobil. Namun Ruddy yang berinisiatif mengambil alih kemudi.
Suharno—dikenal dengan sapaan Once—mengeluh sakit perut sehabis makan pedas. Baru jalan beberapa meter, Suharno batuk-batuk dan merasakan sesak napas. Atas permintaan Suharno, Ruddy menghentikan mobil di Jalan Karangpandan, Kecamatan Pakisaji. Saat itu Suharno muntah di tepi jalan. Ruddy pun berencana membawa Suharno ke Rumah Sakit Tentara Soepraoen di Kota Malang.
Sesampai di depan SPBU Genengang, Pakisaji, Suharno meminta mobil dihentikan lantaran ia ingin muntah lagi. Karena kondisi Suharno makin buruk, Ruddy memutar balik kendaraan dan membawa Suharno ke Instalasi Gawat Darurat Puskesmas Pakisaji. Selama di dalam mobil, Suharno menyebut nama Allah SWT berulang kali dan sempat mengatakan sulit bernapas.
Suharno cepat mendapat penanganan medis di IGD Puskesmas Pakisaji. Ia diberi bantuan oksigen saat mulutnya sudah berbusa. Namun Tuhan berkehendak lain. Sekitar pukul 19.40, Suharno meninggal. Menurut petugas Puskesmas, Suharno mengalami serangan jantung. “Selama ini beliau baik-baik saja, kecuali sebelum lawan Persib itu. Mohon dimaafkan segala kesalahan beliau,” tutur Ruddy.
ABDI PURNOMO