TEMPO.CO, Bangkalan - Seluruh pemain kesebelasan Persepam Madura Utama (PMU) yang berlaga di Turnamen Piala Kemerdekaan mengaku digaji lebih kecil dari gaji yang biasa diterima ketika bermain di ISL. "Kalau dulu gaji saya di atas Rp 20 juta, sekarang di bawah Rp 10 juta," kata salah satu pemain Persepam MU.
Dia mengaku menerima kontrak dengan gaji kecil itu agar dapur keluarganya tetap mengebul. Sejak dibekukannya PSSI Menpora, dia mengaku harus hidup berhemat dengan uang tabungan yang tersisa. "Sebagai pemain, saya butuh turnamen supaya tetap punya penghasilan," kata pemain gelandang ini.
Asisten Manager Persepam MU Nadi Mulyadi tidak menampik soal penyusutan nilai gaji tersebut. Rata-rata pemain MU, kata dia, dikontrak dengan bayaran tidak sampai separuh dari gaji yang biasa mereka terima. "Ada pemain yang dulu digaji Rp 23 juta sebulan, tapi untuk ikut turnamen Piala Kemerdekaan dia bersedia dibayar Rp 9 juta perbulan," kata dia, Rabu, 2 September 2015.
Penentuan besaran gaji, menurut Nadi, disesuaikan dengan kemampuan finansial klub. "Kita hanya mampu segitu. Kalau pemain mau, kita kontrak. Kalau tidak, cari pemain lain," ujarnya.
Nadi mengatakan 17 pemain MU yang saat ini berlaga di Piala Kemerdekaan tidak dikontrak secara permanen. "Mereka kita kontrak hanya untuk turnamen ini saja."
Nadi berharap PSSI menyadari situasi yang dihadapi pemain sepak bola ini akibat konflik yang tengah terjadi. "Terhentinya kompetisi sangat berdampak serius bagi kehidupan pemain," katanya.
MUSTHOFA BISRI