TEMPO.CO, Jakarta - Mahaka Sports sebagai penyelenggara pertandingan sepak bola Piala Presiden menerapkan peraturan baru dalam laga semifinal yang dimulai pada Sabtu, 3 Oktober 2015.
Direktur Utama Mahaka Sports Hasan Abdulgani mengatakan peraturan baru dibuat demi menjaga keamanan pertandingan yang sempat tercoreng pada babak delapan besar. "Dengan sejumlah kejadian di babak delapan besar kami semakin tertantang untuk membenahi sepak bola Tanah Air," ujarnya, Rabu, 30 September 2015.
Hasani menjelaskan, peraturan baru itu, antara lain, pengenaan denda Rp 1 miliar kepada klub yang walk out dari pertandingan. Denda itu sudah disepakati oleh empat klub yang lolos semifinal, yakni Persib Bandung, Arema Malang, Mitra Kukar serta Sriwijaya FC, "Mereka meneken kesepakatan di atas materai," ucapnya.
Peraturan baru itu dibuat setelah Bonek FC melakukan aksi walk out saat menjalani laga tandang melawan Sriwijaya FC di Stadion Jakabaring, Palembang, Minggu, 27 September 2015. Mereka tak terima keputusan wasit yang memberi hadiah tendangan pinalti kepada Sriwijaya FC pada menit ke-11.
Para pemain Bonek FC tetap memilih walk out kendati telah menghasilkan satu gol ke gawang Sriwijaya FC.
Hasani mengatakan, peraturan baru, terutama denda Rp 1 miliar, itu dinilai tidak berat bagi klub. Mereka sudah menerima match fee dan transportasi Rp 950 juta. Duit itu terdiri dari babak penyisihan Rp 600 juta dan babak perempat final Rp 350 juta.
Masing-masing klub juga sudah pasti menerima duit transportasi tambahan Rp 100 juta dalam semifinal serta minimal Rp 500 juta bila kalah alias juara keempat, "Kami hanya meminta uang kami kembali," ucap Hasani.
Peraturan lainnya, kata Hasani, yakni memberi keleluasaan kepada klub untuk memilih wasit yang memimpin pertandingan babak semifinal.
Menurut Hasani, terdapat 25 wasit yang dipekerjakan Mahaka. Dari jumlah tersebut, empat klub diminta menunjuk sepuluh wasit. Dari sepuluh wasit itu akan dipilih secara acak dalam memimpin setiap laga di semifinal.
Peraturan tentang wasit juga tak lepas dari pengalaman pada babak delapan besar. Selain insiden walk out Bonek FC, kerusuhan pun terjadi pada pendukung PSM Makassar tatkala melawan Mitra Kukar. Pemicunya adalah keberatan terhadap kepemimpinan wasit. "Dengan keputusan ini kami tidak mau lagi ada tuduhan wasit berpihak," tuturnya.
TRI SUHARMAN