TEMPO.CO, Jakarta - Para penggemar Liga Primer menuntut penyelenggara menurunkan harga tiket. Mereka menggelar aksi protes di berbagai belahan Inggris, akhir pekan lalu, 3-4 Oktober 2015.
Para penggemar Liga Primer akhirnya kompak ketika berurusan dengan harga tiket. Seluruh pendukung 20 klub di liga papan atas itu menuntut penyelenggara menurunkan harga piket.
Mereka mendesak klub Liga Primer untuk tidak menjual harga tiket lebih mahal kepada pendukung tim yang tengah bertandang. Para penggemar merasa harga tiket sebesar 20 pound sterling atau sekitar Rp 443 ribu untuk tiket tim yang bertandang terlalu mahal. Akibatnya, harga itu menghalangi para penggemar menikmati tim kesayangan mereka.
Para penggemar Liga Primer, akhir pekan lalu, menggelar spanduk bertulisan "Twenty's Plenty" atau "Dua Puluh Itu Terlalu Mahal" dan "£nough is £nough" atau "Sudah Cukup". Poster bertuliskan dua slogan itu dipajang di beberapa tempat. Tahun lalu, ihwal kajian tentang harga tiket, BBC menemukan rata-rata harga tiket termurah mengalami kenaikan 15 persen dalam satu tahun.
Pendukung Everton, Terry Craven, mencontohkan, ia mesti merogoh kocek hingga 250 pound atau Rp 5,5 juta untuk mengajak keluarganya menonton pertandingan Everton melawan Liverpool pada akhir pekan lalu. "Dulu, dengan uang segitu, keluarga saya masih bisa menikmati hotdog dan minuman," ucapnya.
Ia menambahkan, biaya itu semakin bengkak jika tim kesayangannya bertandang. "Anda kadang harus membayar harga tiket dua kali lipat ketimbang menonton pertandingan kandang," ujarnya.
Ia menekankan, banyak orang bisa tetap menyukai Liga Primer jika harga tiket masih terjangkau. "Sepak bola tidak ada artinya tanpa penggemar. Jika Anda mencerabut para penggemar, produk Liga Primer tidak dapat dijual," tuturnya.
MIRROR | GURUH RIYANTO