TEMPO.CO, Solo - Sriwijaya FC akhirnya melenggang ke babak final turnamen Piala Presiden setelah berhasil menaklukan Arema Cronus dengan skor 2-1 pada laga kedua semifinal yang digelar di Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, Minggu, 11 Oktober 2015.
Duel pertarungan Sriwijaya melawan Arema berlangsung sengit. Sriwijaya berhasil mencetak gol lebih dulu pada menit ke-43 melalui tendangan langsung Asri Akbar dari luar kotak penalti. Gol tercipta atas kerjsama Asri dengan Patrich Wanggai.
Di babak pertama, Arema memiliki banyak peluang gol. Sayangnya, peluang itu gagal dimanfaatkan dengan baik. Pada menit ke-10, penyerang Arema, Cristian Gonzales yang sudah berada persis di depan gawang, tak mampu merobek gawang kiper Dian Agus. Pada menit ke-16, Gonzales sempat berhasil mebobol gawang Sriwijaya dengan tandukannya, namun Gol itu dianulir karena offside.
Pertandingan babak kedua berjalan lebih sengit lagi, kedua tim saling menyerang. Arema kemudian berhasil menyamakan kedudukan pada menit ke-73 melalui tendangan salto Lacine Kone.
Menjelang akhir pertandingan, Sriwijaya FC mengubah skema penyerangan. Sang kapten, Titus Bonai digantikan oleh Yohanis N. Selain itu Sriwijaya juga memasukkan penyerang Rizky Dwi, menggantikan pemain tengah Asri Akbar.
Perubahan strategi yang diterapkan pelatih Benny Dolo terbukti ampuh. Pada menit ke-79, Sriwijaya mencetak gol kedua melalui sundulan kepala Musyafri. Kedudukan tidak berubah hingga pertandingan berakhir.
Pelatih Sriwjaya, Benny Dollo, mengakui pada babak pertama lebih banyak bertahan. Hal itu sebagai strategi untuk mempersempit ruang gerak pemain Arema. “Kami ingin mempersempit ruang gerak lawan, karena mereka sering menggunakan memanfaatkan bola-bola pendek,” ujar dia usai pertandingan.
Bendol, sapaan akrab Benny, mengaku belum menyiapkan strategi khusus untuk menhadapi Persib Bandung dalam babak final mendatang. “Kami ingin menikmati kemenangan ini dulu,” ujarnya.
Pelatih Arema Cronus, Joko ‘Gethuk’ Susilo mengatakan kecewa dengan hasil akhir pertandingan ini karena tidak bisa memberikan kemenangan di hadapan puluhan ribu Aremania - julukan pendukung Arema - yang jauh-jauh datang dari Malang ke Solo.
Menurut Joko, faktor utama penyebab kekalahan timnya adalah kepanikan pemain. “Ini memang menjadi kelemahan kami. Saya sudah teriak-teriak mengingatkan pemain, tapi kepanikan itu masih tetap ada,” kata dia. “Sistem yang sudah disepakati tidak berjalan.”
Banyaknya Aremania yang mendukung di lapangan ternyata membuat panik pemain. “Seharusnya jadi penyemangat, tapi kenyataan di lapangan tidak demikian, apalagi ketika 30 menit pertama kami belum bisa menciptakan gol, kepanikan itu bertambah,” ujar Joko.
Terkait kondisi penjaga gawang, Joko mengatakan kiper Kurnia Mega sudah sangat siap. Menurut dia, kesalahan bukan sepenuhnya dijatuhkan kepada kiper. “Ini murni kesalahan para pemain dan pelatih,” kata dia.
Setelah gagal ke final, Arema akan menghadapi Mitra Kukar dalam pertandingan perebutan juara ke-3. “Malam ini juga kami akan evaluasi,” ujar Joko.
MUHAMMAD IRSYAM FAIZ