TEMPO.CO, Jakarta - "Setelah selesai, ini harus ada audit penggunaan uang. Meski dari sponsor uangnya, namun sebagai pertanggungjawaban kepada publik, harus ada audit. Hal seperti ini yang harus kita lakukan sebagai sebuah kebiasaan dan budaya agar turnamen atau kompetisi itu memiliki brand atau citra yang baik di masyarakat. Ini yang ingin dilihat oleh masyarakat," kata Presiden dalam wawancara khusus dengan Antara, RRI, dan TVRI di Istana Merdeka Jakarta, Senin 19 Oktober 2015.
Untuk menciptakan sebuah pengelolaan sepak bola yang baik, selain menyelenggarakan turnamen secara teratur dan berkelanjutan, juga harus dibenahi sisi pengelolaan klub dan organisasi pengelolanya.
"Dalam sepak bola, kompetisi atau turnamen itu sangat penting. Oleh sebab itu, meski kita di-banned oleh FIFA, kompetisi harus berjalan. Ada Piala Kemerdekaan dan Piala Presiden, dan akan ada piala berikutnya," ujar Presiden menegaskan.
Presiden mengatakan, saat kedua turnamen itu dimulai, ia meminta pengelolaannya harus transparan, jujur, dan menjunjung tinggi sportivitas. "Saya selalu menekankan, tolong diberikan contoh sebuah turnamen kompetisi yang baik, fair play," kata Presiden.
Ia menambahkan, "Sekarang turnamen ini (Piala Presiden), kalau mendekati wasit, apalagi memukul, akan terkena denda kalau tidak salah Rp 100 juta. Ada sanksi juga sehingga selama turnamen bersih dan tidak ada masalah suap, mengatur skor, betul-betul tidak ada karena semua (perangkat pertandingan dan pengelola) dipilih dan semua diawasi," kata Presiden pada Minggu malam, 18 Oktober 2015 saat menyaksikan partai final Piala Presiden 2015 antara Persib Bandung melawan Sriwijaya FC, yang dimenangi oleh kesebelasan asal Bandung dengan skor akhir 2-0.
Keberhasilan tim besutan pelatih Jajang Nurjaman itu melengkapi capaian Persib sebelumnya, yang juga menjuarai Liga Indonesia pada 2014 lalu.
ANTARA