TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Kompetisi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Tommy Welly mengatakan keberadaan liga reguler sepak bola di suatu negara berpengaruh pada proses pembentukan tim nasional.
Menurut siaran pers situs resmi PSSI yang dikutip di Jakarta, Rabu, 21 Oktober 2015, pria yang biasa dipanggil Towel itu juga memberikan penjelasan mengenai perbedaan turnamen dan liga, merujuk pada perbedaan penyelenggaraan Piala Presiden dengan Indonesia Super League (ISL).
"Bedanya terletak pada periode waktunya. Turnamen pertandingannya lebih sedikit dan tidak diakui sebagai hasil resmi. Kalau hanya bicara soal turnamen, secara prestasi dan teknis tidak menguji apa pun. Jadi turnamen jangan disebut kompetisi," ucapnya.
Dia berujar, turnamen tidak memiliki muara, sedangkan kompetisi memiliki muara, yaitu tim nasional (timnas).
"Kompetisi juga mempermudah dalam menyeleksi pemain yang akan bergabung ke timnas. Ukurannya adalah penampilan seorang pemain selama berkompetisi di liga yang terafiliasi dengan federasi," ujarnya.
Selain itu, tutur Towel, potret kekuatan sepak bola suatu negara dapat dilihat dari keberadaan liga reguler dan tim nasionalnya.
"Jadi itu yang paling hakiki dari pembinaan sepak bola suatu negara. Kompetisi atau yang biasa disebut oleh pelaku sepak bola, liga, adalah strata tertinggi kompetisi resmi suatu negara," kata pria yang pernah berprofesi sebagai komentator sepak bola tersebut.
Pertandingan kompetisi reguler dilakukan secara home dan away serta dilangsungkan sepanjang musim dengan jumlah kriteria pertandingan tertentu.
Untuk tingkat kompetisi profesional, standarnya terdapat 40 pertandingan selama satu musim. Kurun waktunya delapan-sepuluh bulan.
"Meski tidak mempengaruhi peringkat di FIFA, kalau kita ingin bersaing dengan tim-tim luar, kita harus ada di level itu juga," ujar Towel.
ANTARA