TEMPO.CO, Jakarta - Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) menyoal langkah Mahaka Sports yang terkesan mendadak menggelar turnamen baru setelah Piala Presiden. BOPI mengingatkan agar lembaga yang diasuh Erick Thohir itu menyelesaikan utang administrasi sebelum melangkah pada kejuaraan baru.
"Walaupun mendapat kepercayaan pemerintah, Mahaka tetap harus menaati aturan," kata Heru Nugroho, Sekretaris Jenderal BOPI.
Mahaka Sports menyatakan bakal menggelar turnamen bernama Piala Jenderal Sudirman pada 14 November. Turnamen yang bakal diikuti peserta Liga Super Indonesia (LSI) itu akan melibatkan korps Tentara Nasional Indonesia (TNI). Itulah sebabnya Mahaka tak hanya meminta 16 klub peserta LSI bergabung, tapi dikabarkan bakal melibatkan tim sepak bola TNI.
Pembuatan turnamen baru itu terkesan mendadak diumumkan Mahaka. Setelah Piala Presiden usai digelar di Gelora Bung Karno pada Ahad pekan lalu, Mahaka menyatakan belum berpikir untuk menggelar turnamen. "Lagi pula akan sangat berat karena Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) kecewa terhadap kami," ucap Hasani Abdulgani, Direktur Utama Mahaka Sports, kala itu.
Heru mengatakan utang administrasi Mahaka adalah evaluasi terhadap penyelenggaraan Piala Presiden selama dua bulan terakhir. Sesuai kesepakatan dengan BOPI, Mahaka harus menyetor hasil evaluasi itu untuk dibahas bersama BOPI. Untuk itu, lembaga yang dipimpin Noor Aman tersebut telah menyurati Mahaka pada dua pekan lalu. "Tapi belum ada tanggapan," ujar Heru.
Menurut Heru, evaluasi sangat penting. Sebab, di balik kesuksesan Piala Persiden, banyak masalah yang tak menyentuh ranah profesionalitas penyelenggara sepak bola. Misalnya regulasi tentang pemain asing yang harus mengantongi kartu izin tinggal sementara (KITAS).
Kendati menjadi aturan wajib turnamen, hal itu pada akhirnya diabaikan. Begitu pula dengan sistem silang klub yang berlaga di perdelapan hingga semifinal yang berubah menjadi pengundian. "Kalau penyelenggaranya profesional, tidak mungkin ada regulasi yang berubah-ubah," tuturnya.
Heru khawatir masalah seperti ini dianggap sepele oleh Mahaka, sehingga terulang pada turnamen berikutnya. Karena itu, BOPI meminta mereka mengevaluasi masalah yang membuat regulasi berubah di tengah kompetisi. "Jangan sampai menjadi contoh buruk yang tak dibenahi," katanya.
TRI SUHARMAN