TEMPO.CO, Jakarta - Pelatih Real Madrid, Rafael Benitez, tersenyum kecut saat wasit mengakhiri pertandingan antara timnya melawan Barcelona di Santiago Bernabeu, Ahad dinihari. Timnya ditekuk dengan skor telak: 4-0. Ini menjadi kekalahan kedua yang ditelan Real Madrid secara beruntun setelah pada dua pekan lalu mereka dibungkam Sevilla dengan skor 2-3.
Tak hanya itu, ini juga menjadi kekalahan terbesar mereka sepanjang musim ini. Dan yang lebih menyakitkan, kekalahan telak ini justru mereka terima dari Barcelona, musuh bebuyutan mereka.
"Sangat logis jika kami terluka. Karena setiap kekalahan pasti menyakitkan, apalagi dengan kekalahan seperti ini," kata Benitez seperti dikutip dari Sky Sports.
Tampil di kandang sendiri, para pemain Real Madrid seharusnya bermain lebih percaya diri dari pemain-pemain Barcelona. Namun yang terjadi sebaliknya. Mereka terlihat grogi dan kikuk.
Sebaliknya, para pemain Barcelona langsung menggebrak sejak menit awal. Tak mengherankan jika stiker Barcelona, Luis Suarez, langsung membobol gawang Madrid ketika pertandingan baru berjalan 11 menit.
Tiga gol Barcelona lainnya dicetak Neymar pada menit ke-39, Andres Iniesta pada menit ke-53, dan Luis Suarez pada menit ke-74. Empat gol tanpa balas, di kandang Real Madrid pula.
El Clasico --sebutan untuk duel Real Madrid kontra Barcelona-- memang selalu penuh drama. Namun belum ada yang sedramatis ini dalam lima tahun terakhir El Clasico.
Kemenangan dengan margin besar di El Clasico terakhir terjadi pada 29 November 2010, saat Barcelona mencukur Real Madrid dengan skor 5-0 di Camp Nou, markas Barcelona.
Tak mengherankan jika Rafael Benitez tersenyum kecut. Ini adalah El Clasico pertamanya dan ia tak pernah menduga akan menelan hasil sepahit ini.
Ia telah menurunkan pemain-pemain terbaiknya dan strategi yang digunakan juga tak banyak perubahan. Ia memakai formasi 4-2-3-1 yang sudah mereka mainkan enam kali musim ini.
Lantas apa yang salah? Pertama, melorotnya performa para pemain sangat mungkin menjadi penyebabnya. Sebab, setidaknya, ada dua pemain yang belum sepenuhnya pulih namun sudah dimainkan, yakni Sergio Ramos dan Gareth Bale.
Ramos mengalami cedera bahu saat Real Madrid ditekuk Sevilla 2-3 pada 8 November lalu. Sementara Gareth Bale bermasalah dengan betis. Ia sempat absen 6 pekan sebelum tampil di laga ini.
Melorotnya dua pemain ini, terutama Gareth Bale, bisa dilihat dari statistik mereka. Bale hanya melepaskan 23 umpan dan menciptakan 2 peluang. Bandingkan dengan Neymar yang melepaskan 56 umpan dan menciptakan 4 peluang.
Faktor kedua, kekalahan Real Madrid kemungkinan juga karena pemain depan mereka, Karim Benzema, yang sedang tak fokus. Benzema saat ini sedang terseret kasus video porno di Prancis. Siapa yang tahu pikirannya ada di laga ini selama pertandingan?
Masalah ketiga, bintang mereka, Cristiano Ronaldo, juga dikabarkan sedang perang dingin dengan Rafael Benitez. Dua pekan lalu, setelah Madrid ditekuk Sevilla, Ronaldo menemui Presiden Real Madrid, Florentino Perez, dan mengatakan mereka tidak akan memenangi gelar apapun bersama Benitez.
BACA: Barca Tak Butuh Messi Lagi
Banyak faktor lain yang bisa dicari untuk menjawab kenapa Madrid bisa kalah setelak ini. Namun Benitez enggan terjebak di dalamnya. Menurutnya, yang terpenting saat ini adalah menemukan cara untuk bangkit.
"Sejujurnya, kami hanya kehilangan tiga poin dari kekalahan ini sementara La Liga masih sangat panjang. Kami harus melupakan hasil ini dan mulai memikirkan laga berikutnya," kata Benitez.
Madrid memang hanya kehilangan tiga poin dari laga ini. Namun jarak mereka kini menjadi enam poin dari Barcelona di puncak klasemen La Liga. Namun, seperti kata Benitez, La Liga masih panjang.
Dan pertengahan pekan ini, Real Madrid harus terbang ke Ukraina untuk menantang Shakhtar Donetsk di ajang Liga Champions. Mereka tak punya waktu untuk mendramatisasi kekalahan ini.
FOOTBALL ESPANA | MARCA | TOTAL BARCA | DWI AGUSTIAR