TEMPO.CO, Makassar - Direktur Klub PSM Makassar, Sumirlan, berharap turnamen yang direncanakan oleh PT Liga Indonesia bisa bergulir pada Februari 2016. Pasalnya, tim-tim Liga Super Indonesia tengah menunggu kegiatan dari PT Liga untuk menghidupi kembali klub di Tanah Air setelah turnamen Piala Jenderal Sudirman berakhir pada Januari 2016.
"PT Liga sedang mencari sponsor. Turnamen ini melibatkan seluruh klub ISL, dengan sistem home-away yang dibagi dua wilayah," kata Sumirlan, melalui pesan BlackBerry, Rabu, 25 November 2015.
Menurut dia, turnamen ini rencananya digelar setelah klub beserta PT Liga melakukan rapat umum pemegang saham pada Oktober lalu. PT Liga pun menggagas untuk mengadakan turnamen setelah Piala Sudirman berakhir.
Apalagi, lanjut dia, hingga kini tidak ada kepastian terkait dengan kompetisi akan digelar kembali meskipun Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) telah mendatangi Indonesia.
"Itulah kami sepakat dengan PT Liga agar menggelar turnamen saja untuk menghidupi para pemain," tutur Sumirlan.
Pasalnya, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) tidak bisa berbuat apa-apa setelah dibekukan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga pada April lalu. Klub-klub Tanah Air yang berada di bawah naungan PSSI pun terpaksa mengikuti turnamen yang diselenggarakan Mahaka Sports and Entertainment.
"Paling tidak kan kegiatan yang dilakukan Mahaka ini bisa menghibur masyarakat dan menghidupi para pemain," katanya. Sebab, saat ini PT Liga juga tak bisa berbuat apa-apa atau menggelar turnamen. "Inilah yang membuat klub-klub bingung, malah waktu rapat pemegang saham, pengurus liga berantem," ia menambahkan.
Meskipun turnamen yang digelar Mahaka ini tidak mencantumkan logo PSSI, lanjut dia, klub-klub Tanah Air tetap ikut lantaran ingin menghidupi para pemainnya. Apalagi panitia dalam turnamen yang dimotori Mahaka ini dari PT Liga, dan perangkat pertandingannya resmi.
Sumirlan mengaku sangat menyayangkan konflik antara Menpora dan PSSI yang tak kunjung tuntas. Bahkan FIFA yang sudah datang ke Indonesia untuk melakukan mediasi tidak digubris. Akibatnya, sanksi dari FIFA yang dijatuhkan kepada Indonesia tak dicabut, dengan alasan masih ada intervensi dari pemerintah. "Awalnya saya pikir kedatangan FIFA ada titik terang bagi sepak bola Indonesia, tapi sama saja," ucapnya.
Menanggapi hal itu, mantan pemain tim nasional Indonesia, Rasyid Bakrie, mengaku, sebagai pemain dirinya menginginkan ada turnamen lantaran hal itu bisa membuat para pemain memiliki kegiatan. Meski begitu, ia tetap berharap kompetisi Liga Super Indonesia digelar musim depan. "Kalau hanya turnamen, tidak ada tujuan yang ingin dicapai. Beda dengan kompetisi, klub bisa mewakili Indonesia ke kancah Asia," kata gelandang PSM ini.
Untuk itu, Rasyid mengatakan, konflik Menpora dan PSSI harus bisa terselesaikan. Dia berharap kedua organisasi ini tidak mementingkan egonya masing-masing yang mengakibatkan para pemain, pelatih, wasit, serta klub menjadi korban akibat ulah para pemimpin di Tanah Air. "Kami hanya berharap semua bisa terselesaikan supaya sepak bola Indonesia bisa bangkit lagi," ucap pemain bernomor punggung 17 ini.
DIDIT HARIYADI