TEMPO.CO, Jakarta - Nama manajer pelatih asal Jerman, Juergen Klopp, terus disebut sebagian penonton di Stadion St. Mary’s, Southampton, Inggris, Kamis dinihari, seusai Liverpool mengalahkan tuan rumah, Southampton, 6-1 pada babak perempat final Piala Liga Inggris.
Mereka, yang seakan menggemakan nama Klopp di St. Mary’s itu, tentu saja pendukung Liverpool. Para pendukung klub berjulukan The Reds itu bersuka cita melihat penampilan tim kesayangan mereka di bawah asuhan pelatih baru.
Hanya dalam waktu dua bulan terakhir, Klopp mampu membuat Liverpool begitu kuat dengan mengalahkan Chelsea, Manchester City, dan kini Southampton, di semua kompetisi lokal.
Sekitar 3.000 suporter The Reds di St. Mary’s bergembira atas kemenangan ini. Mereka pun optimistis tim kesayangannya akan kembali meraih sukses saat menghadapi Stoke City dalam pertandingan kandang dan tandang babak semifinal Piala Liga Inggris, atau dikenal dengan sebutan Capital One Cup.
Klopp, yang baru menangani Liverpool pada 8 Oktober lalu menggantikan Brendan Rodgers, boleh berharap menjadi salah satu manajer pelatih yang paling cepat menuai prestasi dalam debutnya di Liga Inggris.
Pria Jerman berusia 48 tahun ini sebelumnya sukses membawa Borussia Dortmund memenangi Bundesliga Jerman dua kali pada 2011 dan 2012. Ia juga membawa Dortmund menembus final Liga Champions Eropa 2013. Kini ia tinggal membutuhkan tiga kemenangan lagi untuk mempersembahkan trofi Piala Liga Inggris buat Liverpool.
Klopp, dengan “revolusi mental” yang diterapkan kepada para pemain Liverpool, tidak hanya mengalahkan Southampton, tapi juga membuat klub berjulukan The Saints itu mengalami kekalahan enam gol di kandang untuk pertama kalinya dalam 20 tahun terakhir.
“Ini bukan hasil yang kami harapkan,” ujar Manajer Southampton, Ronald Koeman. “Start yang bagus, tapi jika Anda membuat kesalahan di pertahanan, terutama pada babak pertama, melawan tim sekelas Liverpool, Anda akan kalah.”
Tim asuhan mantan bintang tim nasional Belanda itu memang unggul lebih dulu 1-0 melalui gol yang dicetak pemain sayap asal Senegal, Sadio Mane, ketika pertandingan baru berjalan satu menit.
Namun penyerang tim nasional Inggris, Daniel Sturridge, dan pemain muda Divock Origi kemudian seperti merobek-robek gawang The Saints pada menit ke-25, ke-29, ke-45, ke-68, dan ke-86. Satu gol Liverpool lagi dicetak Jordon Ibe pada menit ke-73.
Klopp mengungkapkan bagaimana perbincangan empat matanya dengan Origi, yang baru tujuh kali menjadi pemain starter Liverpool, sebelum pertandingan telah memberikan inspirasi kepada pemain berusia 20 tahun ini untuk menjadi bintang kemenangan Liverpool.
Origi mencetak tiga gol dalam satu pertandingan alias mencetak hat-trick ke gawang Southampton.
Klopp mengatakan telah berdiskusi dengan Origi untuk membuat pemain yang sudah pernah ditaksir Borussia Dortmund itu bisa bermain efektif. “Kami terlibat dalam sebuah diskusi. Kami duduk bersama dan tidak terlalu sering Anda bisa sepakat untuk semua hal dengan pemain,” kata Klopp.
“Tidak sering Anda bisa menikmati sebuah permainan sepak bola seperti ini untuk 20 atau 25 menit terakhir,” Klopp menambahkan.
“Saya sangat puas tidak untuk keseluruhan pertandingan. Kami punya masalah pada awal permainan. Namun kepuasan ini ada pada bagaimana kami melanjutkan permainan (setelah kebobolan). Pada babak kedua, permainan kami jauh lebih baik,” kata Klopp lagi.
Origi adalah bagian dari keberanian Klopp untuk menurunkan sebagian besar pemain muda di Capital One Cup kali ini buat mendampingi para pemain senior. Origi sendiri menjadi pendamping yang pantas buat Sturridge untuk menyerang pertahanan Southampton.
Di sisi lain, Klopp juga berhasil meyakinkan Sturridge, yang sebelumnya rentan cedera, untuk bermain sejak awal sebagai pemain starter. Sturridge juga bermain meyakinkan.
Setelah ini, Liverpool akan kembali berkiprah di kompetisi Liga Primer Inggris dan akan bertandang ke markas Newcastle, yaitu Stadion St. James Park, Birmingham, pada Minggu mendatang.
Liverpool, yang menduduki peringkat ke-6 dari 20 pertandingan, berpeluang menembus lima besar liga pada akhir pekan ini. Hal tersebut akan terjadi bila Klopp bisa terus melanjutkan revolusi mentalnya di skuad The Reds.
Kalau itu terjadi, Klopp bisa menjadi pelatih Liverpool yang legendaris, seperti almarhum Bob Paisley--meninggal pada 1996 dalam usia 77 tahun--yang memperkenalkan formasi 4-4-2 ala The Reds yang klasik dan termasyhur itu.
SPORT MOLE | MIRROR | BBC | PRASETYO