TEMPO.CO, Jakarta - Tertekan. Hanya kata itu yang paling tepat menggambarkan kondisi yang dialami manajer Manchester United, Louis van Gaal, 64 tahun, dalam beberapa hari belakangan ini terkait dengan rumor pemecatan dirinya.
Saat menggelar konferensi pers jelang pertandingan melawan Stoke City, yang akan berlangsung Sabtu malam, kemarahan itu meledak. Bukannya mengumbar optimisme pelatih asal Belanda tapi mengungkapkan kekecewaannya perihal perilaku media di Inggris.
“Apakah ada di sini yang merasa perlu meminta maaf pada saya?” katanya. “Saat ini saya merasa seperti telah dipecat dan teman saya (Mourinho) sudah siap untuk menggantikan saya.” Setelah itu Van Gaal pun pergi meninggalkan ruangan itu, dengan bermuka masam.
Sontak media memberikan serangan balik pada pelatih yang mulai bekerja di Old Trafford, sejak musim lalu itu. The Sun, misalnya, menurunkan sampul berita dengan mengetengahkan dosa-dosa Louis van Gaal terhadap pendukung klub itu.
Dengan kata lain, semestinya bekas manajer timnas Belanda di Piala Dunia lalu itu yang meminta maaf pada klub dan pendukungnya, karena belum juga memberikan hasil yang terbaik padahal dia sudah menghabiskan uang hingga 250 juta pound untuk membeli pemain. Salah satunya, gagal lolos ke babak 16 besar Liga Champions.
Mengejutkan, memang. Louis van Gaal yang memiliki jam terbang dengan menangani klub-klub besar, seperti Barcelona dan Bayern Muenchen, bisa kehilangan kesabaran dan ketenangannya. Publik pun bisa membaca situasi yang terjadi di kubu klub berjuluk Setan Merah.
Manchester United benar-benar dalam krisis. Dalam sebulan, tak satu pun mereka menangguk kemenangan. Posisinya pun melorot, dari sebagai pemimpin klasemen lalu rontok di posisi kelima. “Tentu saja tidak pernah menang dalam enam pertandingan bukan hasil yang baik,” kata pemain United, Ashley Young.
Filosofi permainan, selalu itu yang disebut Louis van Gaal, menjadi faktor utama melempemnya permainan Setan Merah yang selama dipegang Sir Alex Ferguson selalu tampil menyerang. Di tangan Van Gaal, United berubah menjadi tim yang mandul.
Para pemain senior, seperti Wayne Rooney dan Michael Carrick dikabarkan telah menemui Van Gaal untuk mengubah taktik dan strategi permainannya. Permintaan sebenarnya sudah diketahui oleh Van Gaal. Saat bermain, teriakan: attack dari pendukung klub itu sudah sering didengarnya.
Namun Van Gaal memang koppig alias kepala batu. Dia tetap menjalankan strategi permainan seperti yang sudah-sudah. “Saya tidak tahu kenapa mereka meminta kami bermain menyerang. Kami selalu menyerang,” katanya. Namun statistik, di musim ini, menyatakan mereka merupakan tim yang paling buruk dalam produktivitas gol.
Van Gaal sudah tahu persis posisinya saat ini dalam keadaan yang berat. Menghadapi Stoke City – yang ditangani Mark Hughes yang merupakan bekas striker maut United, adalah pertandingan penting dalam karirnya di sepak bola Liga Inggris.
Menghadapi laga – yang disebut-sebut penentuan nasibnya, dia menyatakan telah melakukan pertemuan dengan para pemain dan juga staf pelatih.
“Saya telah bicara dan merasakan kehangatan dan dukungan dari semua orang di Carrington. Saya telah mencoba mengangkat kepercayaan diri pada pemain. Saya sudah melakukan segalanya di pekan ini,” katanya.
Hanya kemenangan yang akan menyelamatkan Van Gaal. Namun itu tidak mudah. “Stoke City mengalahkan Manchester City. Dengan segala yang terjadi saat ini, tentu tidak akan mudah untuk selalu memainkan sepak bola yang baik,” katanya.
BBC|DAILYMAIL|ESPN|IRFAN B