TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Real Madrid, Florentino Perez, akhirnya bisa tersenyum lebar. Kepenatan yang selama ini menggempurnya perlahan mulai lumer. Sebabnya, dia telah menemukan orang yang cocok untuk menggantikan Rafael Benitez di kursi manajer.
Pilihannya atas Benitez ternyata keliru. Bekas pelatih Napoli yang ditunjuk menggantikan Carlo Ancelotti di awal musim ini ternyata jauh dari yang diharapkan.
Pelatih yang memulai karier di Real Madrid itu sudah dianggap gagal menangani klub ini pada saat kompetisi belum lagi jauh berjalan.
Banyak sebabnya. Permainan Los Blancos dianggap menjadi monoton sejak dipegang Benitez. Performa Los Blancos dipandang buruk, meski dalam pertandingan akhir mereka bisa membekuk Real Valecano dengan skor 10-2.
Selain itu, Madrid dianggap kurang bisa bersaing dengan Barcelona. Apalagi mereka sempat digunduli 4-0 di kandang sendiri, Bernabeu. Saat ini Real Madrid berada di posisi ketiga dengan perbedaan dua poin dengan Barcelona.
Bukan hanya itu, sosok Benitez--yang semasa melatih Liverpool disebut badut oleh Sir Alex Ferguson--kurang mendapat tempat di hati para pemain.
Cristiano Ronaldo suatu ketika pernah berterus terang kepada Florentino Perez perihal Benitez. “Dengan orang ini, bisa-bisa kita tidak mendapat apa-apa di musim ini,” katanya sambil merujuk pada sosok Benitez.
Satu gelar sudah pasti lepas. Di perhelatan Copa del Rey, langkah Madrid terhenti gara-gara menurunkan pemain yang masih berada dalam hukuman.
Desakan agar Perez memecat pelatih yang pernah memegang Chelsea itu pun kian kuat. Nah, saat itulah presiden Madrid yang terkenal dengan ide Los Galacticos, yakni mengumpulkan pemain bintang di klubnya, itu mulai kelimpungan.
Siapakah yang tepat? Di luar tersedia banyak nama. Di antaranya, José Mourinho (bekas pelatih Madrid yang baru saja dipecat Chelsea), Víctor Fernández (pelatih Real Zaragoza), Antonio Conte (pelatih timnas Italia), dan Fabio Capello, yang juga pernah melatih Madrid.
Namun Perez dilaporkan galau akibatnya. Dia tidak menemukan sosok yang tepat. Mourinho, misalnya. Dia sempat dikabarkan mengontak agen Mou, tapi kemudian diurungkan karena Mou masih memiliki seteru di tim yang ada saat ini. Pada 2013, Mou hengkang dari Madrid setelah mendapat tentangan dari para pemainnya sendiri.
Menurut Marca, dia pun mencoret satu per satu nama-nama yang ada dalam rencananya. Hingga akhirnya, jadi muncul satu nama: Zinedine Zidane.
Zidane bukanlah orang yang asing bagi Perez. Pun sebaliknya. Karena Perez-lah, pada 2001, dia datang ke Santiago Bernabeu dari Juventus dengan memecahkan rekor transfer termahal ketika itu. Tak sia-sia, setahun setelah itu, dia mempersembahkan gelar juara Liga Champions, terakhir sebelum dua tahun musim mereka meraih La Decima.
Setelah tak bermain lagi, pada 2006, Zidane tak lantas pergi. Dia meneruskan kariernya sebagai asisten pelatih. Dia menimba ilmu kepelatihan langsung dari Jose Mourinho dan Carlo Ancelotti.
Musim ini ia dipindahtugaskan menjadi pelatih di Real Madrid Castilla--yang merupakan tim reserve klub itu, yang bermain di divisi dua atau persis di bawah La Liga. Hasilnya tak buruk. Hingga pekan ke-18 di musim ini, mereka duduk di posisi kedua dari 20 tim yang berlaga.
Dukungan untuk Zizou—panggilannya--pun berdatangan. Bahkan dia disebut-sebut akan menjadi sosok seperti Pep Guardiola, yang meraup sukses di Barcelona. Bukan karena sama-sama berkepala plontos, pastinya.
Luis Figo, bekas rekan satu timnya, menyebut hasrat Zidane untuk menjadi pelatih utama di Madrid menjadikannya memiliki semangat untuk mempersembahkan yang terbaik. "Memang itu yang menjadi keinginannya,” katanya. “Saat ini, dia melatih tim kedua. Setelah itu, dia menjadi pelatih tim utama.”
Bekas pelatih Madrid, Carlo Ancelotti, pun mengangguk setuju. Menurut dia, bintang di Piala Dunia 1998 itu sudah siap untuk melanjutkan kariernya ke jenjang yang lebih tinggi.
Zizou, menurut dia, memiliki syarat menjadi pelatih termasuk di klub yang bertabur bintang seperti Madrid. “Saat bicara, para pemain akan mendengarkannya," kata pria yang akan berkarier di Bayern Muenchen di musim mendatang.
Dibandingkan dengan Benitez, Zidane tentu memiliki kelebihan. Selain pintar menjalin kedekatan dengan para pemain, dia masih dicintai para pendukung klub itu. Berbeda dengan Benitez, yang datang dengan disertai keraguan para pendukungnya.
Semuanya sudah siap untuk Zidane. Kini bergantung pada kapan Benitez dilengserkan oleh Perez. Posisi Benitez memang sudah terjepit. Tidak cocok dengan pemain, apalagi dengan fan.
Kabar terakhir tak mengenakkan bagi Benitez, yang baru saja pulang dari liburan Natal. Di bandara, sejumlah fan yang melihatnya langsung meneriakkan kata-kata tak sedap di kupingnya. Intinya, hanya satu yang mereka inginkan: Rafael Benitez mundur.
Bila kata-kata tersebut yang keluar dari Perez, itu artinya Zidane harus segera manggung. Pertandingan Rabu dinihari melawan Real Sociedad bisa jadi penentuan nasib Benitez.
Marca | BR | GOAL