TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Presiden Federasi Internasional Asosiasi Sepak Bola (FIFA) Sepp Blatter kerap menjadi bahan pemberitaan karena tuduhan-tuduhan penyimpangan dalam organisasi FIFA dan sikapnya yang kontroversial. Tahun ini, kerajaannya runtuh.
Orang yang berkuasa di FIFA sejak 1998 itu mendapatkan hukuman dari Komite Etik FIFA atas tindakannya membayar duit sebesar 2 juta franc Swiss kepada Michel Platini pada 2011. Hukuman yang dijatuhkan pada pertengahan Desember ini adalah skors selama delapan tahun. Selama menjalani hukuman itu, Blatter dilarang beraktivitas di dunia sepak bola. (Baca: Blatter-Platini Lolos dari Tuduhan Korupsi, Dihukum 8 Tahun)
Sepp Blatter mengatakan, pembayaran itu untuk biaya konsultasi yang dilakukan Platini pada 1999 dan 2002. Menurut Komite Etik FIFA, tidak ada dasar hukum kuat yang melandasi pembayaran itu dan apa yang dilakukan Blatter terbukti sarat konflik kepentingan. (Baca:Kobe Bryant Puji Ketegasan FIFA Soal Hukuman Blatter-Platini)
Sebelumnya, pada 2 Juni 2015, Blatter menyatakan akan menyerahkan mandatnya sebagai presiden FIFA kepada Komite Eksekutif FIFA. Padahal, beberapa hari sebelumnya dia telah terpilih kembali sebagai presiden. (Baca: Depresi Berat, Blatter: Saya Hampir Mati)
Keputusan Blatter menyerahkan mandatnya ini dibuat setelah dia dan FIFA mendapatkan tekanan dari publik dan sponsor, yang mengancam akan membatalkan dukungannya jika Blatter masih berkuasa. Tekanan ini muncul setelah dunia digemparkan dengan penangkapan petinggi-petinggi FIFA di Zurich, Swiss, saat organisasi itu sedang mengadakan kongres. Salah satu yang ditangkap adalah wakil presiden FIFA saat itu, Jeffrey Webb. (Baca: Blatter Beberkan Skandal Piala Dunia & Korupsi FIFA)
Penangkapan tersebut dilakukan atas kerjasama pihak kepolisian Swiss dengan Departemen Kehakiman Amerika Serikat, yang memiliki beberapa tuduhan korupsi atas nama-nama pejabat yang ditangkap itu. Kejadian ini merupakan awal dari terungkapnya skandal korupsi FIFA secara besar-besaran. Kepercayaan publik terhadap organisasi tertinggi dalam sepak bola itu pun mulai memudar. FIFA dihantam krisis. (Baca: Paket Reformasi untuk Bersihkan FIFA Disetujui, Ini Isinya)
GADI MAKITAN