TEMPO.CO, Jakarta - Pada 2015 bergulir setengah musim kompetisi liga-liga sepak bola terkemuka di Eropa. Ada juga persaingan sengit timnas yang berebut tiket ke putaran final Piala Eropa. Banyak fenomena menarik yang patut dicatat. Ini beberapa di antaranya:
1. Liga Inggris lebih kompetitif
Musim ini Liga Inggris berlangsung lebih menarik dibanding sebelumnya. Para penggemar pun bisa menyaksikan kejadian dramatis hampir setiap minggunya. Perebutan posisi papan atas klasemen lebih menarik karena Chelsea, Liverpool, Manchester United yang biasanya digdaya kini kedodoran. Pada saat sama muncul tim-tim kejutan yang tampil menawanCrystal Palace, Watford, dan tentu saja Leicester yang sempat lama menguasai puncak klasemen.
2. Manchester United tak juga bisa melupakan Ferguson
Sepeninggal Sir Alex Ferguson, Manchester United tetap kedodoran. Saat ini, di tangan pelatih yang dikenal bertangan dingin, Louis van Gaal, Si Setan Merah masih terus bermasalah. Mereka bahkan jadi dikenal sebagai tim yang tumpul dan membosankan, sehingga nasib pelatih asal Belanda itu terus disorot bahkan dikabarkan akan didepak.
3. Lini depan Barcelona yang terbaik dalam sejarah
Tim lain bisa memiliki taktik hebat, pertahanan tangguh, tapi saat tiga pemain Barcelona tampil dalam performa terbaiknya, hasilnya hampir pasti sudah bisa diduga. Lioenl Messi, Luis Suarez, dan Neymar yang kerap disebut sebagai "Trio MSN" musim ini benar-benar tampil padu dan tajam. Mereka saling mengumpan, saling mengerti, dan sama-sama menyumbang gol. Ketiganya bisa jadi merupakan paduan terbaik lini depan yang pernah dimiliki Barcelona.
4. Stabilitas hanya milik Arsenal
Stabilitas tampaknya hanya terjadi di Arsenal, yang tetap setia dengan pelatih Arsene Wenger. Di klub lain, hal itu masih jadi pekerjaan rumah. Watford, misalnya, memilih mendepak Slavisa Jokanovic yang membawa mereka promosi ke Liga Primer. Tapi, penggantinya Quique Sanchez Flores terbukti mampu membwat klub itu bersaing di papan atas.
5. Negara kecil mendapat ruang pentas
Banyak orang mengkritik ketikga UEFA memutuskan menambah jumlah peserta putaran final dari 16 jadi 24. Tapi, setelah semua tiket terdistribusi dan undian dilakukan, terlihat bahwa turnamen kali ini menjanjikan hal lebih. Undian yang ada terkesan lebih seimbang dan sempurna. Kebijakan baru itu juga memberi ruang pada negara kecil yang selama ini berjuang untuk lolos, seperti Wales, Irlandia Utara, Islandia, Hungaria, dan Albania.
6. Formasi 4-4-2 telah kembali
Bila sebelumnya formasi 4-3-3 jadi tren, musim ini formasi 4-4-2 yang hampir satu dekade ditinggalkan mulai dilirik lagi. Klub-klub yang memakai formasi ini pun mampu membuat kejuatan di Liga Inggris. Watford yang mengandalkan duet Troy Deeney dan Odion Ighalo di lini depan tampil cemerlang. Leicester yang sempat lama memuncaki klasemen juga memakai formasi sama.
7. Rekor tercipta, menyembunyikan kesuraman
Sepanjang akhir 2015 rekor-rekor tercipta. Wayne Rooney menjadi top scorer timnas Inggris sepanjang masa. Tapi, rekor itu menyembunyikan hal suram. Penyerang Manchester United itu tengah melorot tajam ketajamannya. Di MU misalnya, musim ini ia hanya mencetak 2 gol dalam 14 laga. Tapi, rekor Rooney itu berbeda dengan yang ditorehkan Jamie Vardy bersama Leicester. Pemain ini mampu memecahkan rekor sebelumnya dengan mencetak gol dalam 11 laga secara beruntun. Rekornya itu justru jadi berkah bagi para pemain amatir, seperti asal Vardy, yang seperti mendapat inspirasi dan peluang untuk muncul.
8. Jose Mourinho oh Jose Mourinho
Pelatih asal Portugal ini didepak Chelsea setelah tak mampu mengangkat performa timnya. Sebagai juara bertahan, ia harus melihat timnya terlempar ke papan bawah. Saat ini, ia belum habis. Setelah dipecat Chelsea, ia masih gencar diberitakan akan direkrut Manchester United. Tapi, kalaupun direkrut, ia didudga tak lama bertahan. Gaya melatih dia yang kerap menimbulkan antipati, termasuk dari pemain Chelsea yang disebut-sebut memberontak padanya, pada akhirnya akan membuat dia diajuhi klub besar.
MIRROR | NURDIN