TEMPO.CO, Jakarta - Pertandingan antara Inggris dan Rusia yang berakhir imbang dengan skor 1-1 di Stade Velodrome, Marseille, Sabtu pekan lalu, dicemari kerusuhan suporter kedua tim. Satu orang meninggal dan puluhan lainnya terluka akibat kerusuhan yang baru selesai setelah dibubarkan polisi dengan tembakan gas air mata.
Aksi para fan Rusia yang terlibat kerusuhan justru dibela Igor Lebedev, anggota komite eksekutif persatuan sepak bola Rusia. Lebedev, yang juga anggota parlemen dari Partai Liberal Demokratik, menyebut para suporter Rusia tak melakukan kesalahan.
Lebedev, dalam serial tulisan di akun Twitter-nya, bahkan menyebut kerusuhan itu timbul karena otoritas lokal tak becus menyelenggarakan turnamen besar dan melakukan pengamanan yang sesuai. "Apa yang terjadi di Marseille dan kota-kota lain di Prancis bukanlah kesalahan suporter, tapi karena ketidakmampuan polisi menangani acara sebesar ini dengan tepat."
Lebedev juga menuding para suporter Inggris melakukan aksi provokasi dan akhirnya menimbulkan masalah. "Jika tak ada provokasi dari suporter Inggris, tak mungkin fan Rusia bakal terlibat perkelahian di tribun," katanya.
Wakil ketua parlemen Rusia itu juga mengecam aksi para politikus yang mengkritik para suporter tim Rusia. "Seharusnya kita membela mereka dulu, kemudian menyelesaikan semua masalahnya ketika mereka pulang," kata Lebedev.
Asosiasi Sepak Bola Eropa tengah menyelidiki kasus itu dan mengancam bakal mendepak tim Inggris dan Rusia dari Piala Eropa jika para suporternya terlibat kerusuhan lagi.
Menteri Olahraga Rusia Vitaly Mutko mendukung investigasi yang dilakukan UEFA. "Sudah jelas bahwa sejumlah orang datang ke sini tidak untuk menonton sepak bola. Mereka menutup wajah dan akhirnya membuat malu negerinya," katanya.
LIFE.RU | LENTA.RU | INDEPENDENT | GABRIEL WAHYU TITIYOGA