TEMPO.CO, Jakarta - Kriteria Ketua Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) yang baru diharapkan lebih kredibel dan berintegritas membangun sepak bola Indonesia ke arah yang lebih baik.
"Kita semua pasti maunya yang kredibel, boleh saja dari mana pun, tidak hanya mantan pemain atau pelatih, asalkan dia punya pemahaman terhadap sepak bola," kata Deputi IV Bidang Olahraga dan Prestasi Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Gatot S. Dewabroto di Stadion Tugu, Jakarta, Rabu, 3 Agustus 2016.
Selain berkredibilitas tinggi, Gatot berharap, Ketua PSSI yang baru tidak merangkap jabatan, termasuk di partai politik, yang bisa menyeimbangkan berbagai kepentingan dan menjaga hubungan dengan semua pihak.
"Jadi jangan ada konflik kepentingan seperti kemarin. Giliran ditegur Kemenpora, mereka mengatakan tuan kami FIFA, bukan Kemenpora. Ini kriteria sederhana, tapi sulit dilakukan," ucapnya.
Meski demikian, Gatot menegaskan pihaknya tidak mau ikut campur dalam pemilihan Ketua Umum PSSI. Ia menyerahkannya kepada pemilik hak suara di Kongres PSSI.
"Kami menyerahkan sepenuhnya kepada voter. Kalau campur tangan, kita bisa offside," ucap Gatot.
Sementara itu, anggota Komite Eksekutif PSSI, Tony Apriliani, menilai, kriteria Ketua Umum PSSI yang paling pantas adalah yang sesuai dengan statuta dari federasi sepak bola Indonesia itu.
"Ya sesuai dengan statuta-lah, lalu sudah 5 tahun berkecimpung, punya kompetensi, memiliki waktu untuk mengurus PSSI, memiliki kepiawaian dalam me-manage dan me-reform dengan baik. Untuk latar belakang, apa pun saya rasa bisa," tuturnya.
Terkait dengan nama Pangkostrad Letjen Edy Rahmayadi yang santer terdengar sebagai calon kuat Ketua Umum PSSI, Tony menyatakan masih ada nama lain.
"Saya dengar ada Edi, Moeldoko, dan lainnya. Namun belum muncul karena didorong voter. Ada juga yang mendorong Joko Driyono," tutur Tony, menambahkan.
ANTARA