TEMPO.CO, Bangkalan - Kelompok pendukung kesebelasan Madura United asal Kabupaten Pamekasan, Tretan Dhibi', mendesak Kepolisian Daerah Jawa Timur mencabut izin bermain di kandang bagi Arema Cronus.
Desakan ini muncul setelah terjadi insiden penyerangan dan perusakan terhadap kendaraan suporter dan pengurus klub seusai laga Arema Cronus versus Madura United di Stadion Kanjuruhan, beberapa hari lalu.
"Pertama kami minta Aremania minta maaf. Kalau tidak mau, kami akan desak Polda Jawa Timur mencabut izin Arema karena tidak ada jaminan keamanan untuk suporter tim tamu," kata Ketua Komunitas Tretan Dhibi' Bambang Priyanto, Senin, 5 September 2016.
Madura United melawat ke Kota Malang untuk melakoni pertandingan melawan Arema Cronus pada pertandingan pertama putaran kedua ISC Jumat, 2 September 2016.
Selain tim besutan Gomer De Oliviera harus kalah 2-1, kendaraan pengurus dan suporter Madura United rusak akibat dilempari batu. Lalu, bagaimana kronologi pelemparan?
Bambang mengatakan perusakan bus merupakan buntut dari provokasi Aremania sejak dari dalam stadion. Pada babak pertama, kata dia, suporter Madura United sudah dilempari botol oleh suporter tuan rumah yang berada di belakang gawang kiper Arema Kurnia Meiga. "Mereka juga mengacungkan jari tengah ke kami," ujarnya.
Pelemparan batu kembali terjadi ketika penyerang Madura United Pablo Rodreguez mencetak gol balasan. Kali ini pelemparan dilakukan suporter tuan rumah yang membaur dengan Tretan Dhibi' di tribun.
Menurut Bambang, provokasi berlanjut seusai pertandingan. Saat suporter Tretan Dhibi' di dalam bus, sejumlah suporter tuan rumah menguntit dan meneriaki dengan kata-kata “jancuk”. Tak cukup dicaki-maki, bus mereka juga dilempari batu hingga kaca pecah.
Pelemparan batu terjadi hingga rombongan sampai di daerah Singosari, padahal saat itu bus mendapat pengawal aparat keamanan. "Kami sangat menyayangkan, saat kami dilempari, polisi tidak beraksi," ujar Bambang.
Tak ingin terus jadi bulan-bulanan, di daerah Singosari, suporter Tretan Dhibi' memutuskan turun dari bus dan melawan. Mereka mengejar pelaku pelemparan, tapi suporter Arema menghilang dengan bersembunyi di rumah-rumah warga. "Kami melawan karena kesabaran kami sudah habis," ucap Bambang.
Atas kejadian itu, Tretan Dhibi' menuntut Aremania meminta maaf secara terbuka. Bila tidak mau, kata Bambang, pihaknya mendesak Polda Jawa Timur mencabut izin bertanding Arema Cronus di Malang karena tidak ada jaminan keamanan bagi suporter tim tamu. "Kami juga menuntut ganti rugi atas kerusakan," tuturnya.
MUSTHOFA BISRI