TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok watchdog sepak bola Indonesia Save Our Soccer menyatakan, sudah 61 suporter tewas sejak Liga Indonesia pada 1994. Data ini mereka paparkan menanggapi tewasnya seorang suporter Persib Bandung, Muhammad Rovi Arrahman, 17 tahun, usai dikeroyok di Jalan Raya Inspeksi Kalimalang, Cikarang Selatan, Jawa Barat, Minggu, 23 Oktober 2016.
Omen—nama panggilan akrab suporter itu—dipukuli puluhan orang menjelang dimulainya pertandingan Persib Bandung melawan Persegres Gresik United di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang.
Omen merupakan Bobotoh keempat yang tewas saat mendukung Persib. Sebelum Omen ada Rangga Cipta Nugraha, 22 tahun, Lazuardi (29), dan Dani Maulana (17), yang meninggal setelah dikeroyok oknum suporter The Jakmania saat Persib bertandung melawan Persija di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, 27 Mei 2012.
“Terlalu mahal bila sepak bola harus dibayar dengan nyawa. Kejadian ini tak boleh lagi terulang,” kata Koordinator Save Our Soccer Akmal Marhali, dalam rilis pers yang diterima Tempo, Selasa, 25 Oktober 2016. “Polisi harus mengusut tuntas pelakunya dan memberikan hukuman sepadan agar ada efek jera,”
Menurut Akmal, tak ada musuh dalam sepak bola. Yang ada hanya rivalitas selama 90 menit di lapangan. Prinsip ini, kata Akmal, harus dipahami semua elemen sepak bola di tanah air. “Sepak bola adalah hiburan, bukan tempat pemakaman,” Akmal menambahkan.
Dalam daftar 61 suporter tewas yang dipaparkan Save Our Soccer, penyebab kematian suporter itu memang bermacam-macam, tapi sebagian besar karena aksi kekerasan.
“Sudah waktunya suporter juga dibuatkan regulasi. Football Spectator Act (FSA) yang diberlakukan di Liga Inggris sejak 1989 bisa dijadikan rujukan,” kata Akmal.
Menurut Akmal, FSA mewajibkan seluruh suporter di Inggris memiliki kartu keanggotaan dari klub yang mereka dukung. Kartu keanggotaan ini bertujuan mengidentifikasi suporter yang bikin rusuh. “Mereka akan dicabut kartu anggotanya serta tak boleh menonton pertandingan seumur hidup di stadion bila dinyatakan bersalah,” ujarnya.
Akmal juga mendesak Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), operator liga, dan klub memberi pembinaan kepada suporter. Mereka diharapkan memberitahu aturan-aturan sepak bola serta sanksi yang akan diberikan bila suporter melakukan vandalis baik di dalam maupun di luar stadion.
Menurut Akmal, dua hal yang sudah dia sebutkan di atas diharapkan mampu mencegah potensi kekerasan yang berujung tumbal nyawa. “Cukup Omen yang terakhir meregang nyawa,” ujarnya.
GADI MAKITAN