TEMPO.CO, Surabaya - Ribuan anggota Bonek menunjukkan kekecewaannya atas Kongres Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia dengan menutup Jalan Gubernur Suryo depan Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Kamis malam, 10 November 2016. Mereka juga membakar tempat sampah yang berasal dari ban, sehingga api dan asapnya mengepul tinggi. (Baca: Kecewa Kongres PSSI, Ribuan Bonek Tutup Jalan di Surabaya)
Unjuk rasa tersebut dilakukan lantaran tidak disahkannya Persebaya 1927 dalam Kongres PSSI yang berlangsung di Jakarta. Ribuan suporter fanatik itu membakar ban sambil jingkrak-jingkrak dan menyanyikan lagu kebanggaannya. Berbagai bendera Bonek dibentangkan bersama dengan spanduk bertuliskan "Persebaya Harga Mati, #Bonek melawan".
Koordinator Bonek 1927, Cak Ndowo, mengatakan aksinya itu dilakukan secara spontan tanpa ada komando dari siapa pun, hanya beredar di grup Bonek dan media sosial Bonek. Mereka mengaku sangat kecewa dengan sikap PSSI yang ingkar janji kepada Persebaya 1927. "Kami akan terus menggelar aksi sampai Persebaya 1927 disahkan dan bisa berkompetisi," ucap Ndowo.
Baca juga:
Hari Pahlawan: Kisah Pencarian Nasab Bung Tomo di Sumedang
Hari Pahlawan, Risma: Wartawan Bisa Jadi Pahlawan
Ndowo berujar, pihaknya akan menutup semua cabang olahraga di Surabaya apabila Persebaya 1927 tak kunjung disahkan PSSI. "Kami akan memblokir semua cabang olahraga yang ada di Surabaya sembari menunggu teman-teman kami pulang dari Jakarta," tuturnya.
Akibat ulah Bonek ini, arus lalu lintas di Jalan Gubernur Suryo sempat mandek sekitar 30 menit. Arus lalu lintas berangsur lancar sekitar pukul 19.30 setelah polisi mengatur arus lalu lintas dan Bonek bergeser dari Jalan Gubernur Suryo.
Ketika akan bergerak, Bonek sempat menyalakan klakson sepeda motornya. Demi keamanan, para Bonek dikawal ketat oleh polisi sepanjang konvoi di jalan. Sejumlah anggota Bonek mencabut tanaman dan melemparkannya ke jalan untuk menunjukkan kekesalannya.
MOHAMMAD SYARRAFAH