TEMPO.CO, Jakarta - Laga melawan West Ham United selalu tidak mudah untuk Jose Mourinho. Pada musim lalu saat menangani Chelsea, dia menjadi orang yang paling menyedihkan di dunia. Kala itu, dia diusir wasit untuk meninggalkan lapangan. Jose kemudian hanya bisa menyaksikan pertandingan itu dari satu tribun di Upton Park.
Bukan tempat yang menyenangkan. Dia berada di tengah-tengah pendukung tuan rumah. Posisi yang benar-benar sulit. Bila gol dihasilkan Chelsea, jelas dia tak bisa bersorak-sorak seenaknya karena orang di sekelilingnya akan memelototi. Sebaliknya juga tak sedap. Dia benar-benar menjadi orang asing dan sunyi.
Dan, betul saja. Chelsea kebobolan. Mourinho pun benar-benar terasing. Dia berada dalam kesunyian dalam keramaian pendukung tim tuan rumah yang larut dalam kegembiraan. Mourinho pulang dengan tertunduk, Chelsea kalah 1-2.
Kejadian serupa terulang lagi di Old Trafford. Dia kembali diusir wasit, yang juga John Moss, ketika menendang botol minuman. Wasit menilai tindakan itu seperti perlawanan terhadapnya. Lagi-lagi dia kena perintah untuk pergi meninggalkan lapangan.
Tindakan itu dipicu oleh keputusan Moss yang memberi Paul Pogba kartu kuning karena dianggap melakukan diving saat jatuh di dekat kotak penalti. Dalam ulang tayang di televisi, memang tak ada sabetan kaki pemain lawan, namun tiba-tiba saja ia terpelanting jatuh.
Namun, dibanding di Upton Park, yang terjadi di Old Trafford, Minggu sore waktu Inggris, jauh lebih mendingan. Paling tidak, Mourinho tidak harus kehilangan tiga poin.
Dalam pertandingan itu, kedua tim berbagi skor gol yang sama: 1-1. Gol West Ham dicetak dengan cepat oleh Diafra Sakho dan balasan dengan gol yang bagus oleh Zlatan Ibrahimovic.
Tidak kalah, memang. Namun bukan berarti tak ada kritik untuk Mourinho. Inilah untuk pertama kalinya sejak 1990 pasukan Setan Merah tak bisa menang dalam empat laga berturut-turut. Sial buat Mou. Itu terjadi di masa kepelatihannya.
Tambahan satu poin ini juga menjadi yang terburuk dari pencapaian terburuk para manajer Manchester United dalam 13 laga pertamanya. Dia berada di posisi ke-4 di bawah Sir Alex Ferguson dengan perolehan hasil 20 poin.
Dengan selisih 13 poin dari pemuncak klasemen, Martin Keown—komentator untuk BBC—menyebut kans untuk Mourinho membawa Manchester United menjadi juara di musim pertamanya praktis gagal. Namun untuk kembali bermain di Liga Champions, yakni masuk empat besar di akhir klasemen, itu tetap terbuka.
Tapi menurut bekas pemain Arsenal itu, hal itu harus dibarengi dengan sikap yang lebih bersahabat dari pelatih asal Portugal itu. Bukan apa-apa, hingga pekan ke-13 saja, dia sudah berbuat ulah, terutama terhadap wasit.
Hukuman pernah ia dapatkan ketika memberikan komentar kepada wasit Anthony Taylor ketika United berhadapan dengan Liverpool. Dia kena denda sebesar 50 ribu pound sterling.
Denda berikutnya juga dijatuhkan ketika dia mengomentari kepemimpinan wasit dalam pertandingan melawan Burnley. Tak hanya harus membayar denda 8.000 pound sterling, dia juga diusir dari pinggir lapangan dan harus rela duduk di bangku penonton.
Selanjutnya: Tantangan di Piala Liga
Nah, menurut Keown, kelakuan Mourinho yang sumbunya pendek bisa membuat para petinggi di Old Trafford tidak suka dan ujung-ujungnya bisa saja tak ada musim kedua bagi Mourinho. “Dia harus menjaga sikap karena bos-bos di United tidak akan senang dengan cara dia berperilaku,” kata dia.
Kehadiran Mourinho di Old Trafford tidaklah mulus. Saat Ferguson mundur, santer diberitakan bahwa Mou menjadi pengganti pelatih yang berkarier selama 26 tahun bersama Setan Merah itu.
Namun penolakan dari dalam teramat kencang. Salah satu sebabnya, kelakuan Mou yang tidak menyenangkan. Terutama saat dia terlibat keributan di El Clasico, antara Real Madrid dan Barcelona. Dalam keributan itu, Mou mencolok mata Tito Vilanova, asisten Pep Guardiola.
Kerja Mourinho memang menjadi berat. Kini tak hanya memperbaiki pasukannya yang angin-anginan, tapi juga menenangkan hati para petinggi klub itu di Old Trafford.
Ujian pun sudah akan dimulai Kamis dinihari mendatang. Untuk bisa lolos ke babak semifinal Piala Liga—yang bisa menjadi persembahan keduanya setelah Community Shield, dia harus menghentikan laju lawannya, yang lagi-lagi ternyata West Ham United.
Klub yang berada di papan bawah klasemen. Tapi pasukan Slaven Bilic ini selalu membuatnya susah.
BBC | INDEPENDENT | DAILY MAIL | IRFAN