TEMPO.CO, Jakarta - Manajer Leicester City, Claudio Ranieri, mengatakan timnya tengah berjuang menghindarkan diri dari degradasi seusai kalah telak 0-3 dalam pertandingan melawan Southampton, Minggu malam, 22 Januari 2017.
Faktanya, Leicester kini hanya berselisih lima poin dari zona degradasi setelah The Saints menggasak mereka lewat gol James Ward-Prowse, Jay Rodriguez, dan Dusan Tadic.
Leicester menyamai rekor terburuk yang pernah dicapai juara bertahan liga setelah melewati 22 pertandingan liga musim ini. Mereka menyamai rekor Ipswich Town pada musim 1962-1963 yang saat itu berstatus juara bertahan liga.
Setelah menelan kekalahan kesebelas dalam 22 pertandingan liga, Ranieri kemudian mengakui perubahan taktik telah mengantarkan timnya kalah.
Ketika ditanya apakah Leicester sedang berjuang menghindari degradasi, Ranieri menjawab, "Ya, sudah tentu, dan untuk musim ini saya memasang target 40 poin pada awal musim. Perhatikan, tujuan kami, target kami, adalah 40 poin. Penting untuk mencapainya sesegera mungkin."
Ranieri tidak mau mengambinghitamkan pemainnya. Sebaliknya, dia mengakui perubahan strategi bermain dari formasi 4-4-2 yang membuat mereka berhasil musim lalu, adalah faktor melempemnya Leicester musim ini.
"Saya sudah berusaha membantu para pemain dalam dua pertandingan terakhir. Saya ubah formasi normal kami saat melawan Chelsea dengan memasang tiga bek, dan hari ini saya memainkan formasi berlian, dan itu menciptakan kesalahpahaman," kata Ranieri dalam laman ESPN.
"Sejauh ini pemain-pemain saya menggunakan formasi 4-4-2 atau 4-2-3-1. Saya keliru dan adalah kesalahan saya dalam dua pertandingan terakhir. Hari ini ada yang salah dan itu tanggung jawab saya," ujar Ranieri.
ANTARA