Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Korupsi FIFA, Jerome Valcke Ajukan Banding atas Skorsingnya  

image-gnews
Sekjen FIFA Jerome Valcke.   Reuters/Arnd Wiegmann
Sekjen FIFA Jerome Valcke. Reuters/Arnd Wiegmann
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Sekjen FIFA Jerome Valcke mengajukan banding kepada Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) atas skorsing 10 tahun yang dialaminya terkati kasus korupsi FIFA. Ia meminta sanksi itu dicabut sepenuhnya.

Pria Prancis itu, yang pekerjaannya adalah untuk memastikan mulusnya laju organisasi FIFA dan khususnya turnamen akbar Piala Dunia, merupakan tangan kanan dari presiden saat itu Sepp Blatter yang sekarang diskors, sebelum keduanya terjerat skandal korupsi yang menyapu badan sepak bola itu pada 2015, lapor Reuters.

Pada perkembangan terpisah, mantan anggota komite eksekutif FIFA Amos Adamu diskors selama dua tahun untuk pelanggaran etika pada 2010 -- kedua kalinya ofisial asal Nigeria itu diskors.

Valcke dinyatakan bersalah oleh hakim etika FIFA Hans-Joachim Eckert terkait pelanggaran terhadap penjualan tiket-tiket Piala Dunia, penyalah gunaan biaya perjalanan, upaya untuk menjual hak televisi di bawah nilai pasar mereka, dan perusakan barang bukti.

Ia awalnya diskors selama 12 tahun, yang dikurangi menjadi sepuluh tahun oleh komite banding FIFA pada Juli silam.

CAS mengatakan pria Prancis itu "berusaha untuk menentang keputusan agar sanksi yang dijatuhkan kepadanya dapat dicabut sepenuhnya."

Valcke, yang dipecat dari posisinya pada Januari tahun lalu, masih menghadapi penyelidikan lain dari FIFA dan persidangan kriminal di Swiss.

Maret silam, jaksa umum Swiss Michael Lauber mengatakan Valcke dituduh melakukan kriminal tidak terencana dan pelanggaran-pelanggaran lain. Ia membantah tudingan tersebut.

Pada September, komite etik FIFA membuka pemeriksaan baru terhadap Blatter, Valcke, dan mantan direktur keuangan Markus Kattner untuk kemungkinan pelanggaran etika yang mencakup penyuapan dan korupsi. Penyelidikan itu, di mana ketiga sosok tersebut membantah melakukan pelanggaran, masih berlangsung.

CAS telah menolak upaya banding dari Blatter dan mantan presiden UEFA Michel Platini, yang juga terjerumus skandal, meski hukuman Platini telah dipangkas dari enam tahun menjadi empat tahun.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Valcke bergabung dengan FIFA pada 2003 sebagai direktur pemasaran namun dipecat pada Desember 2006 untuk keterlibatannya dalam negosiasi-negosiasi sponsor yang kacau dengan perusahaan-perusahaan kartu kredit, MasterCard Inc dan Visa Inc.

Dalam waktu beberapa bulan setelah sengketa tersebut, Valcke bukan hanya kembali ke FIFA namun juga mengepalai administrasi sebagai sekretaris jenderal, bertanggung jawab langsung kepada Blatter.

Ia banyak mendapat sanjungan terkait penyelenggaran Piala Dunia 2010 dan 2014, yang diselenggaran di Afrika Selatan dan Brazil, karena kedua turnamen itu dapat berlangsung tepat waktu meski sempat terjadi keterlambatan dalam persiapan-persiapannya.

Adamu, yang sebelumnya diskors selama tiga tahun pada November 2010, dinyatakan bersalah oleh Eckert karena melanggar peraturan-peraturan terkait tindakan umum, loyalitas, dan konflik kepentingan.

Adamu pertama kali diskors menyusul penyelidikan Sunday Times di mana ia secara rahasia direkam melalui film oleh sejumlah pewarta, yang menyamar sebagai juru lobi, sedang meminta 800.000 dolar untuk pengaruh suaranya pada proses pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022.

Ia membantah melakukan kesalahan namun kalah banding dari CAS.

Komite etik FIFA mengatakan sanksi baru terkait pada "keterlibatannya dalam organisasi ajang 2010," namun tidak mengatakan apakah hal ini sama dengan sanksi di mana ia telah diskors sebelumnya.

ANTARA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Korupsi di FIFA, Sepp Blatter dan Michel Platini Mulai Disidang

8 Juni 2022

Presiden FIFA Sepp Blatter dilempari uang pecahan dolar A.S. oleh komedian Lee Nelson saat konferensi pers di markas FIFA, Zurich, Swis, 20 Juli 2015. Tahun 2015 diwarnai dengan berbagai peristiwa olahraga dunia yang tak terlupakan.  REUTERS/Arnd Wiegmann
Korupsi di FIFA, Sepp Blatter dan Michel Platini Mulai Disidang

Mantan Presiden FIFA Sepp Blatter dan mantan Presiden UEFA Michel Platini dijadwalkan menghadiri persidangan di pengadilan Swiss, Rabu, 8 Juni 2022.


Tanggapan FIFA Setelah Presiden Mereka, Gianni Infantino, Diselidiki Jaksa Swiss

3 Agustus 2020

Presiden FIFA, Gianni Infantino. (AP/Michael Probst)
Tanggapan FIFA Setelah Presiden Mereka, Gianni Infantino, Diselidiki Jaksa Swiss

Badan sepak bola dunia FIFA menyatakan pihak berwenang Swiss tidak mempunyai alasan untuk meluncurkan penyelidikan kriminal atas Gianni Infantino.


Kasus Pelecehan Seks, FIFA Skors Presiden Sepak Bola Haiti

26 Mei 2020

Kantor FIFA di Zurich, Swiss. (beinsports.com)
Kasus Pelecehan Seks, FIFA Skors Presiden Sepak Bola Haiti

Badan sepak bola dunia (FIFA) menskors presiden federasi sepak bola Haiti Yves Jean-Bart terkait kasus pelecehan seks.


Rusia dan Qatar Bantah Isu Suap di Piala Dunia 2018 dan 2022

8 April 2020

Penjaga gawang timnas Prancis, Hugo Lloris, mengajak dua putrinya untuk mencium trofi Piala Dunia yang telah diraih timnya setelah mengalahkan Kroasia dalam final Piala Dunia 2018 di Luzhniki Stadium, Moskow, Rusia, 15 Juli. (AP Photo/Matthias Schrader)
Rusia dan Qatar Bantah Isu Suap di Piala Dunia 2018 dan 2022

Rusia dan Qatar membantah isu bahwa mereka melakukan suap untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022.


Skandal Suap FIFA Untuk Piala Dunia 2018 dan 2022 Terkuak Lagi

7 April 2020

Sepp Blatter berjalan meninggalkan ruang jumpa pers di markas FIFA di Zurich, Swiss, 3 Juni 2015. Blatter mundur setelah badan sepak bola dunia tersebut diguncang skandal korupsi. VALERIANO DI DOMENICO/AFP/Getty Images
Skandal Suap FIFA Untuk Piala Dunia 2018 dan 2022 Terkuak Lagi

Empat mantan anggota Komite Eksekutif FIFA disebut menerima suap hingga jutaan dolar Amerika untuk pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022.


Piala Dunia 2022, Ini Kecurangan yang Dituduhkan ke Qatar

31 Juli 2018

Suasana stadion Internasional Khalifa di  Doha, Qatar, 18 Mei 2017. REUTERS/Ibraheem Al Omari/File Photo
Piala Dunia 2022, Ini Kecurangan yang Dituduhkan ke Qatar

Tim pencalonan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 dituduh menggunakan cara-cara kotor untuk menang.


Boikot Bertambah Mendekati Pembukaan, Piala Dunia 2018 Batal?

27 Maret 2018

Pemain Inggris, Jesse Lingard, mencetak gol ke gawang Belanda dalam laga persahabatan menjelang Piala Dunia 2018, 23 Maret 2018. REUTERS/Michael Kooren
Boikot Bertambah Mendekati Pembukaan, Piala Dunia 2018 Batal?

Negara-negara yang menyatakan akan melakukan boikot bertambah ketika Piala Dunia 2018 tinggal tiga bulan lagi.


Presiden FIFA: Piala Dunia 2018 Tak Akan Jadi Ajang Perang

19 Maret 2018

Diego Armando Maradona (kedua kanan) dan Presiden FIFA, Gianni Infantino berfoto bersama usai mengikuti turnamen FIFA Legends menjelang upacara penghargaan FIFA di Zurich, Swiss, 9 Januari 2017. REUTERS/Arnd Wiegmann
Presiden FIFA: Piala Dunia 2018 Tak Akan Jadi Ajang Perang

Presiden FIFA Gianni Infantino menegaskan kecemasan terhadap potensi bentrok suporter Rusia dan Inggris tak akan terjadi di Piala Dunia 2018.


FIFA Didesak Batalkan Chechnya sebagai Markas Timnas Mesir

13 Februari 2018

Aksi demo warga Chehnya saat memberikan dukungan untuk pemimpin mereka, Ramzan Kadyrov dan Presiden Rusia Vladimir Putin, di Grozny, Chechnya, 22 Januari 2016. Dok
FIFA Didesak Batalkan Chechnya sebagai Markas Timnas Mesir

Keputusan FIFA untuk mengijinkan ibukota Chechnya, Grozny, sebagai markas Timnas Mesir mengundang protes.


Piala Dunia 2018: Peluang Arab Saudi di Mata Sami Al-Jaber

3 Februari 2018

Pemain timnas Jepang, Yuya Osako berebut bola dengan pemain timnas Arab Saudi, Osama Hawsawi dalam laga kualifikasi Piala Dunia 2018 di Saitama Stadium, Jepang, 15 November 2016. Dengan kemenangan ini, Jepang sementara menempel Arab Saudi di puncak klasemen dengan sama-sama mengumpulkan 10 poin. REUTERS/Toru Hanai
Piala Dunia 2018: Peluang Arab Saudi di Mata Sami Al-Jaber

Sami Al-Jaber bangga tim Arab Saudi bisa bermain pada partai pembukaan Piala Dunia 2018.