TEMPO.CO, Sydney - Federasi Sepak Bola Arab Saudi menyampaikan permohonan maaf setelah para pemain tim nasionalnya tidak mengheningkan cipta yang diadakan selama satu menit untuk korban serangan teroris London baru-baru ini. Insiden tak menghengkan cipta itu terjadi sebelum dimulainya pertandingan kualifikasi Piala Dunia di Australia, Kamis.
Para pemain Arab Saudi tetap berlari dan melakukan pemanasan, sementara pemain Australia berbaris di garis lingkar tengah lapangan stadion Adelaide Oval untuk mengheningkan cipta.
Insiden serangan di London Sabtu lalu itu mengakibatkan delapan orang tewas dan 50 cedera. Dua di antara yang tewas adalah warga Australia.
Baca: Arab Saudi Tak Mengheningkan Cipta, Ini Sikap FIFA
Badan sepak bola Arab Saudi kemudian mengeluarkan pernyataan bahwa mereka sangat menyesal dan meminta maaf atas sikap para pemainnya yang tidak ikut dalam mengheningkan cipta selama satu menit itu.
"Para pemain tidak berniat sengaja untuk tidak menghormati para korban dan keluarga serta orang-orang yang terdampak oleh kejahatan itu," demikian pernyataan Federasi Sepak Bola Arab Saudi.
"Federasi juga mengutuk semua aksi terorisme dan menyampaikan bela sungkawa kepada keluar para korban serta kepada rakyat dan pemerintah Inggris," tambahnya.
Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull hari Jumat mengatakan bahwa ia tidak sempat melihat rekaman peristiwa di lapangan itu, namun menyatakan bahwa semua orang harus menunjukkan "cinta dan simpati dan rasa hormat" bagi para korban dan keluarganya.
Baca juga: Timnas Arab Saudi Ogah Berdoa untuk Korban Jembatan London
"Seluruh dunia, seluruh dunia yang bebas, sama-sama mengecam aksi terorisme di London itu dan terorisme secara keseluruhan," katanya kepada wartawan di Tasmania.
Federasi Sepak Bola Australia (FFA) mengatakan bahwa pihaknya telah mendapat persetujuan dari Arab Saudi dan badan sepak bola regional Asia (AFC) untuk mengadakan acara mengheningkan cipta.
Dalam pertandingan kualifikasi grup B zona Asia itu Australia menang 3-2 atas Arab Saudi. Demikian laporan Reuters.
ANTARA