TEMPO.CO, Malang—Manajemen Arema Cronus menjamin klub Singo Edan tetap dipertahankan kendati tidak ada pertandingan. Namun, agar terhindar dari kebangkrutan, pengelola Arema akan menegosiasi ulang kontrak 25 pemainnya.
Rencana itu ditempuh setelah Komite Eksekutif PSSI pada Sabtu, 2 Mei 2015, memutuskan penghentian semua level kompetisi sepak bola, baik Liga Bank Nasional Qatar, Divisi Utama, dan Liga Nusantara, dengan alasan force majeure.
Ketua Eksekutif Arema Cronus Iwan Budianto mengatakan selain merenegosiasikan kontrak pemain, manajemen juga memutus kontrak dengan tujuh sponsor meski harus kehilangan duit sebesar Rp 12 miliar dari total Rp 14,8 miliar. Sejauh ini manajemen sudah menerima pembayaran sponsor termin pertama sebesar Rp 2,8 miliar.
“Dalam kontrak dengan pemain, ada klausul tentang force majeure yang bisa mengakhiri kontrak. Namun, meski tiada pemasukan, kami tetap harus memikirkan nasib seluruh pemain dan karyawan sehingga ada win-win solution. Harus ada solusi yang manusiawi,” kata Iwan, Senin, 4 Mei 2015.
Untuk itu, dalam waktu dekat manajemen berencana mengadakan pertemuan dengan seluruh pemain, pelatih, dan ofisial. Iwan menjamin tidak ada pemutusan kontrak dengan pemain, tapi manajemen akan menawarkan kontrak baru dengan nilai nominal yang tidak sama dengan nilai kontrak sebelumnya.
Iwan yakin para pemain dan tim pelatih bisa memaklumi setelah klub yang menghidupi mereka kehilangan semua sumber keuangan, terutama pemasukan dari tujuh sponsor: produsen bir Anker Sport, Ijen Suites, Lupromax Oil, Guna Bangun Perkasa, Indosat, Extra Joss, dan NZR. Duit sponsor ini memenuhi 15-20 persen kebutuhan biaya operasional klub satu musim yang sekitar Rp 45 miliar.
Bila ditambah dengan target pendapatan dari iklan e-board sebesar Rp 8,5 miliar, maka potensi pemasukan yang hilang Rp 21,3 miliar. Target pendapatan minimal dari iklan e-board Rp 500 juta per laga kandang. Harga iklan e-board termurah Rp 1 juta dan termahal Rp 25 juta.
Juru Bicara Arema Cronus Sudarmaji menambahkan, kondisi tersebut diperparah dengan hilangnya pendapatan dari sisa 15 pertandingan kandang. Arema baru menyelesaikan dua laga di Stadion Kanjuruhan, yakni menjamu Persija Jakarta (Sabtu, 4 April) dan Barito Putera (Selasa, 7 April) yang masing-masing berakhir dengan skor 4-4 dan 1-0.
Arema menargetkan pendapatan dari tiket Rp 15 miliar. Ini sudah termasuk pendapatan dari penjualan tiket empat laga kandang Piala Indonesia. Pendapatan dari penjualan tiket musim 2014 sebesar Rp 5,3 miliar, turun dari pendapatan ticketing Rp 8,3 miliar di musim 2013. “Pemasukan dari ticketing laga kandang lawan Persija dan Barito itu tidak memenuhi target,” kata Sudarmaji.
Menurut bekas wartawan itu, manajemen Arema sudah menerima surat dari PSSI perihal penghentian semua kasta kompetisi. Surat diterima pagi tadi melalui surat elektronik. Selanjutnya manajemen akan mengagendakan pertemuan dengan seluruh pemain dan tim pelatih.
“Harus bicara dari hati ke hati tentang kesulitan klub dan tim,” kata dia. Upaya lain untuk bertahan dari kebangkrutan total, manajemen akan mengadakan turnamen mini. Namun belum dipastikan seperti apa format turnamennya.
Saat ini pun manajemen sedang mendalami regulasi tentang persyaratan mengikuti Liga Singapura. Kompetisi sepak bola negara tersebut membuka pintu bagi klub-klub dari negara lain untuk bergabung.
“Kami juga pelajari potensi home-nya agar ada pemasukan bagi kami,” katanya. Namun keseriusan mengikuti Liga Singapura tetap dikoordinasikan dengan PSSI dan PT Liga Indonesia selaku operator kompetisi QNB League.
ABDI PURMONO