TEMPO.CO, London – Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan Amerika Serikat ikut campur dalam urusan badan sepak bola dunia (FIFA) sebagai upaya mencabut Rusia sebagai tuan rumah Piala Dunia 2018. Komentarnya itu terkait dengan penangkapan tujuh pejabat teras FIFA--kini bertambah menjadi 14 orang, termasuk dua wakil Presidennya--dengan tuduhan menerima suap, penggelapan pajak, dan pencucian uang terkait dengan penetapan tuan rumah penyelenggara Piala Dunia di Rusia pada 2018 dan di Qatar tahun 2022.
Penangkapan itu dilakukan polisi Swiss di Zurich, Rabu dinihari lalu, saat mereka hendak mengikuti Kongres FIFA. Penangkapan itu dilakukan atas permintaan polisi Amerika serikat. Mereka ditahan dan akan diekstradisi ke Amerika untuk diadili.
Dalam wawancara di televisi, Kamis, 28 Mei 2015, Putin menyatakan hal itu aneh karena yang meminta Amerika. Padahal tidak melibatkan warganya dan terjadi bukan di Amerika Serikat. Namun, menurut ESPN, dua dari 14 orang yang dituduh jaksa AS itu berkewarganegaraan AS.
FIFA dilanda krisis menyusul gelombang penangkapan tersebut. Penangkapan dilakukan berdasarkan hasil penyelidikan Biro Penyelidik Federal (FBI).
Departemen Kehakiman AS mendakwa 14 orang dengan tuduhan menerima suap yang totalnya US$ 50 juta atau sekitar Rp 1,9 triliun, yang mereka katakan untuk membayar hak siar televisi, kesepakatan dengan sponsor, dan pemilik suara dalam pemilihan tuan rumah penyelenggara Piala Dunia.
Tuduhan itu secara luas mencakup korupsi di FIFA selama 20 tahun lebih, termasuk kampanye untuk menjadi tuan rumah penyelenggara Piala Dunia, pemasaran, dan untuk menyepakati soal penyiaran.
Secara terpisah, jaksa Swiss sedang menyelidiki pemberian hadiah dalam pemilihan Rusia dan Qatar masing-masing sebagai tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022. Para petugas menyita dokumen dan data elektronik dari markas FIFA di Zurich. Polisi akan memeriksa sepuluh anggota Komite Eksekutif FIFA yang memilih tuan rumah Piala Dunia itu.
Putin menggambarkan penangkapan Rabu dinihari tersebut sebagai bukti upaya mementahkan pemilihan kembali Sepp Blatter sebagai Presiden FIFA. Dia mengkhawatirkan “tekanan” pada Presiden FIFA Sepp Blatter itu atas dukungannya pada Rusia sebagai tuan rumah Piala Dunia.
Blatter mengadakan pertemuan darurat dengan badan sepak bola kontinental pada Kamis dan menghindari kemunculannya di ruang publik. "Ada pertemuan Presiden (Blatter) dengan perwakilan badan sepak bola kontinental untuk membahas situasi terakhir,” tutur juru bicara FIFA, Delia Fischer, dalam sebuah pernyataan.
Blatter, tutur juru bicara FIFA tersebut, tidak menghadiri Konferensi Medis FIFA di Zurich dan pertemuan para ketua anggota asosiasi sepak bola Eropa (UEFA).
Krisis itu menyulut UEFA mendesak penundaan pemilihan Presiden FIFA dan mempertanyakan apakah 53 asosiasi pemilik suara harus menghadiri Kongres FIFA.
Pernyataan UEFA telah secara intensif menjadi tekanan bagi Blatter. Namun FIFA menegaskan bahwa pemilihan akan dilakukan sesuai dengan rencana.
AP | ESPN | AGUS BAHARUDIN