TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta agar kasus dugaan adanya mafia bola diusut hingga tuntas. "Kalau ada yang salah, hukum," katanya saat ditemui di kantornya, Jakarta, Rabu, 11 Juni 2015.
Kalla juga meminta supaya pelapor membuktikan dugaannya dan membawa kasus itu ke ranah hukum. "Silakan dibawa ke ranah hukum kalau bisa membuktikannya."
Sebelumnya, seseorang berinisial BS mengungkapkan indikasi pengaturan skor pertandingan sepak bola tim Indonesia pada SEA Games 2015 di Singapura. Salah satu pertandingan yang ia sebut diatur adalah pertandingan semifinal antara Indonesia dan Thailand, Sabtu lalu.
Hal ini dinyatakan penasihat hukum BS, Muhammad Isnur, dalam sebuah konferensi pers di Jakarta, Selasa, 15 Juni 2015. Pengacara publik Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta itu memutar kembali rekaman perbincangan telepon antara BS dan kawannya soal pertandingan SEA Games 2015 antara Indonesia dan Thailand.
Di laga semifinal SEA Games itu, tim nasional sepak bola Indonesia usia di bawah 23 tahun (U-23) akhirnya menyerah 5-0 dari Thailand. Selain pertandingan melawan Thailand, kata Isnur, BS juga menyatakan pengaturan skor juga terjadi pada pertandingan perebutan medali perunggu melawan Vietnam. Pada perebutan tempat ketiga itu tim asuhan pelatih Aji Santoso juga kalah 0-5 melawan Vietnam.
Dugaan adanya mafia bola sebelumnya juga terungkap di badan sepak bola dunia, FIFA. Kepolisian Swiss menangkap enam pejabat puncak FIFA terkait dengan skandal korupsi yang melanda organisasi sepak bola dunia itu, Rabu, 27 Mei 2015. Skandal korupsi ini menjadi topik utama media sosial dan pemberitaan dunia.
New York Times, koran terbitan Amerika, malah menyatakan tiga lembaga Amerika Serikat --Kejaksaan Agung, FBI, dan Direktorat Jenderal Pajak Amerika Serikat IRS-- melukiskan badan sepak bola dunia FIFA setara dengan keluarga mafia dan kartel-kartel narkoba.
FAIZ NASHRILLAH